Luar biasa sekali nikmatnya pikirku. Saat itu tak terpikir lagi kalau yang sedang kusetubuhi itu adalah ibu tiriku, yang pernah juga ditiduri oleh ayahku. Sebelumnya tidak pernah terlintas dipikiranku untuk bersetubuh dengan ibu tiri ku, walaupun beberapa tahun silam sering kulihat ayahku saat lagi mencumbu ibu tiriku ini. Setelah kami tinggal di rumah berdua pun tidak pernah terlintas pikiran kotorku terhadap ibu tiriku, sekalipun dalam kesehariannya di rumah, ibu tiriku selalu berpakaian seksi, seperti mengenakan daster yang sangat pendek,. Bahkan tidak jarang ibu tiriku tidur bersamaku dengan dasternya yang tersingkap kemana-mana sehingga dari paha sampai pantatnya terlihat jelas tanpa sehelai benangpun menutupinya, namun hal tersebut tidak pernah mengganggu pikiranku, apalagi sampai membuatku ingin menyetubuhinya. Tapi kali ini aku benar-benar terangsang sekali, bahkan aku tengah menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Mang Yayan pun ikut terbelalak matanya sambil berkali-kali terlihat menelan ludahnya, saat ibu tiriku berganti posisi menungging sambil menyingkapkan kain batik yang menutupi bagian pantatnya, sehingga terlihat jelas dua bulatan pantatnya yang menonjol, padat, putih, mulus. Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, segera kuelus-elus batang kontolku lalu kembali kuarahkan ke lobang memek ibu tiriku dari belakang. “Aaah…ssshhh…ooohh…ibuuu…nikma t sekaliii..buu..!” ungkapku sambil terus meremas-remas bulatan pantat ibu tiriku yang tengah menungging kearahku. Ibu tiri ku memaju mundurkan pantatnya sehingga terlihat kontolku seperti sedang diasah dalam memek ibu tiriku. Aku heran juga melihat Mang Yayan yang kelihatan gelisah sambil mengelus-elus kontolnya sendiri, rupanya di terangsang melihat adeganku tadi. Dia pun mendekatkan posisinya ke sebelahku, nampaknya dia penasaran ingin melihat dari dekat adeganku dan mulusnya pantat ibu tiriku yang lagi ku remas-remas dan kugenjot dengan kontolku itu. Tiba-tiba saja Mang Yayan pun menurunkan celana kolornya, lalu dia keluarkan kontolnya yang sudah tegang mengacung ke atas, sorot matanya terus tertuju ke pantat ibu tiriku yang lagi ku genjot itu. ”Saya nggak tahan juga Mas….!”katanya kepadaku, sambil mengocok kontolnya yang sudah ngaceng. Kulihat ibu tiriku yang lagi nungging menoleh kebelakang sambil tersenyum geli melihat tingkah Mang Yayan yang ikut-ikutan terangsang oleh tubuh montoknya. Kukembalikan segera konsentrasiku pada tubuh ibu tiriku yang sedang kutunggangi dengan penuh nafsu itu. Genjotanku semakin kupercepat, aku tidak tahan seakan batang kontolku lagi diremas-remas oleh dinding memek ibu tiriku, seperti dipijit-pijit, rasa geli bercampur nikmat, apalagi saat ibu tiriku memainkan lobang memeknya menjepit batang kontolku saat kubenamkan seluruhnya ke dalam. “Aaaah….oouuw…iii..buuu…saa..y a…nggak tahaan…buuu…!”aku mengerang dengan penuh nikmat. porno
“Iyaaa….ayo terusin..sayang…sampai keluar ya…!” ungkap ibu tiri ku terbata-bata karena hentakanku pada pantatnya. Aku mulai merasakan dorongan yang kuat yang hendak meletus, air maniku seakan sudah di ujung kontolku, yang akan segera memuntahkannya ke dalam lobang memek ibu tiriku. Tiba-tiba tubuhku terasa gemetar, darahku berdesir dengan cepat diseluruh tubuhku, seakan menahan puncak birahi yang luar biasa nikmatnya, seiring dorongan air maniku yang akan ku*kan keluar dari batang kontolku. “Aaaahh….ooouuhh…ibuuu…crott…c rottt..crottt… oouuuww..!!” akhirnya air maniku muncrat, menyemprot keseluruh dinding lobang memek ibu tiriku, sungguh betapa nikmatnya menyetubuhi ibu tiriku. Tidak pernah terbayang olehku sebelumnya, kalau tubuh ibu tiriku yang sehari-hari didepan mataku, ternyata bisa memberikan kenikmatan yang luar biasa terhadapku. Aku terkulai lemas diatas tikar, sementara ibu tiri ku yang masih dalam posisi nungging, terlihat membersihkan sisa air maniku yang berceceran di atas memeknya dengan menggunakan kain batiknya, dia pun tersenyum puas atas kebolehanku tadi, sambil mengusap-usapkan kain batik tadi ke batang kontolku yang mulai kembali ke ukuran semula. Tinggallah Mang Yayan saat itu yang terus mengocok kontolnya sendiri. Melihat hal itu ibu tiriku segera bangun dan duduk di atas tikar, lalu diraihnya batang Kontol Mang Yayan yang sedang tegang-tegangnya itu. Aku jadi tambah bingung, kok ibu tiriku mau megangin Kontol Mang Yayan, mungkin sekalian kotor barangkali, atau sebagai bonus saja buat dia yang sudah memandu kami, pikirku dalam hati. “Aduh bu….enak tenan…bu..!” Mang Yayan berguman sendiri. Karena sudah tidak tahan sejak tadi melihat kemolekan dan kemulusan tubuh ibu tiriku, Mang Yayan bagaikan ketiban durian runtuh, seumur-umur baginya tidak pernah melihat tubuh semulus itu. porno Dia pun mengerang sekuatnya berusaha menahan air maninya agar tidak segera keluar, dia ingin lebih lama kontolnya dikocok oleh ibu tiri ku, maklumlah bagi dia kesempatan seperti ini belum tentu dia dapatkan sepuluh tahun sekali. Namun apa daya air mani Mang Yayan tak bisa dibendung lagi, ibu tiriku memang sangat paham sekali bagaimana cara memuncratkannya dengan cepat, melalui sedikit sentuhan-sentuhan rahasia di bagian tertentu pada batang Kontol Mang Yayan, akhirnya air mani Mang Yayan tumpah ruah di kain batik putih yang dipakai ibu tiriku, bahkan saking bernafsunya air mani Mang Yayan sebagian menyemprot di payudara ibu tiriku, air mani Mang Yayan terlihat kental sekali, mungkin karena sudah sepuluh tahun dia menduda. Tidak lama kami pun bergegas kembali ke gubuk untuk istirahat, sementara Mang Yayan malam itu dengan setia menunggui kami sampai tertidur di emper gubuk. Sementara aku berada satu kamar bersama ibu tiriku dalam gubuk itu, tentu atas permintaan dari ibu tiri ku sendiri agar aku menemaninya. Malam ibu tiriku bertanya padaku bagaimana perasaanku, sambil menghiburku agar tidak kaget atas kejadian di kuburan keramat itu. “Saya takut bu….sa..ya…bi…ngung…” sambil terbata-bata. “Iya ibu tahu…ibu ngerti…tapi kamu hebat…” ibu tiriku memotong pembicaraanku. “Maksud ibu hebat gimana…?” ungkapku dengan penuh rasa heran. “Itu lho…. ibu baru lihat…ternyata punyamu besar sekali..” ungkap ibu tiriku sambil berbisik kepadaku. Aku diam saja mendengar pernyataan itu.