Cerita Sex Kakakku Seorang Lesbian Akhirnya Suka Kontol, Namaku Eric. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Tanggerang. Saat ini aku kuliah semester III jurusan Management. Sejak awal kuliah, aku tinggal dirumah kakak ku. “Kak Shelly” begitulah aku memanggilnya. Usianya terpaut 6 tahun denganku. Ia sebenarnya bukan kakak kandungku, namun bagiku ia adalah kakak dalam arti yang sebenarnya. Ia begitu telaten dan memperhatikan aku. Apalagi kini kami jauh dari orang tua.
Rumah yang kami tempati, baru satu tahun dibeli kak Shelly. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih dari cukup untuk kami tinggali berdua. Setidaknya lebih baik dari pada kost-kostan. Kak Shelly saat ini bekerja disalah satu Kantor Cabang bank swasta nasional. Meskipun usianya baru 28 tahun, tapi kalau sudah mengenakan seragam kantornya, ia kelihatan dewasa sekali. Berwibawa dan tangguh. Matanya jernih dan terang, sehingga menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya.
Dua bulan pertama aku tinggal dirumah kak Shelly, semuanya berjalan normal. Aku dan kak Shelly saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Pengahasilan yang lumayan besar memungkinkan ia menangung segala keperluan kuliah ku. Memang sejak masuk kuliah, praktis segala biaya ditanggung kak Shelly.
Namun dari semua kekagumanku pada kak Shelly, satu hal yang aku herankan. Sejauh ini aku tidak melihat kak Shelly memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakaku ini ? cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa lagi ? Seringkali aku menggodanya, tapi dengan cerdas ia selalu bisa mengelak. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu…!”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Yang pasti, aku menghomati dan mengaguminya sekaligus.
Hingga pada suatu malam. Saat itu waktu menunjukan pukul 21.30, suasana rumah lengang dan sepi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. TV diruang tengah dimatikan, padahal biasanya kak Shelly asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya.
Karena khawatir pintu rumah belum dikunci, lalu aku memeriksa pintu depan, ternyata sudah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, aku bermaksud kembali ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok baru jam segini kak Shelly sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Shelly didalam kamar melalui lubang kunci. Agak kesulitan karena anak kunci menancap dilubang itu, namun dengan lubang kecil aku masih dapat melihat kedalam.
Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Shelly menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa busana sehelaipun !!!
Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling.
Napasku memburu. Ada rasa takut, malu, dan entah apalagi namanya. Sekuat tenaga aku tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau, tak tahu apa yang harus kuperbuat. Namun kemudian rasa penasaran mendorongku untuk kembali mengintip. Kulihat kak Shelly masih menindih batal guling.
Pinggulnya bergerak-gerak agak memutar, lalu kemudian dengan posisi agak merangkak ia menumpuk dan memiringkan bantal dan guling, lalu meraih langerie-nya. Ujung bantal itu ditutupinya dangan langerie. Kembali aku mengalihkan pandanganku dari lubang kunci itu. Ngapain lagi tuh ?!!, aku tertegun.
Entah kenapa, rasa takut dan jengah perlahan berganti dengan geletar-geletar tubuhku. Tanpa sadar ada yang memanas dan mengeras di balik training yang aku kenakan. Aku meremasnya perlahan. Ahhh…
Ketika kembali aku mengintip ke dalam kamar, kulihat Kak Shelly mengarahkan selangkangannya pada ujung bantal itu, hingga posisinya benar-benar seolah menunggangi tumpukan bantal itu.
Lalu tubuhnya terutama bagian pinggul bergoyang goyang dan bergerak-gerak lagi, setiap goyangan yang dilakukanya secara reflek membuat aku semakin cepat meremas batang kemaluanku sendiri. Entah berapa lama aku menyaksikan tingkah laku kak Shelly didalam kamar. Nafasku memburu, apalagi manakala aku melihat gerakan kak Shelly yang semakin cepat. Mungkin ia hendak mencapai orgasme, dan benar saja, beberapa saat kemudian tubuh kak Shelly nampak berguncang beberapa saat, jemari kak Shelly mencengkram seprai.
Aku tak tahan lagi. Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Lalu kukunci pintu. Kumatikan lampu, lalu berbaring sambil memeluk bantal guling dengan nafas memburu. Pikiranku kacau. Bagaimanapun aku laki-laki normal. Aku merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala didalam tubuhku.
Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi. Dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan, lalu aku berguling-guling diatas spring bad sambil mendekap bantal guling. Aku merintih dan mendesah sendirian. Diantara desahan dan rintihan aku menyebut-nyebut nama kak Shelly. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Shelly yang putih mulus. Pikiranku benar-benar tidak waras.
Aku membayangkan tubuh kak Shelly aku gumuli dan kuremas remas. Sungguh aku tidak tahan, dengan sensasi dan imajinasiku sendiri, aku merintih dan merintih lalu mengerang perlahan seiring cairan nikmat yang muncrat membasahi bantal guling. (Besok harus mencuci sarung bantal…masa bodo…!!!!)…………….
Sejak kejadian malam itu, pandanganku terhadap kak Shelly mengalami perubahan. Aku tidak saja memandangnya sebagai kakak, lebih dari itu, aku kini melihat kak Shelly sebagai wanita cantik. Ya wanita cantik ! wanita cantik dan seksi tentunya. Ah…….! maafkan aku kak Shelly
Terkadang aku merasa berdosa manakala aku mencuri-curi pandang. Kini aku selalu memperhatikan bagian-bagian tubuh kak Shelly. . mengapa baru sekarang aku menyadari kalau tubuh kak Shelly sedemikian putih dan molek. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu.
Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya ingin aku dipeluk dan membenamkan wajah dilehernya.
“Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya “, kata kak Shelly sambil menuangkan air putih mengisi gelas dihadapanya, lalu meneguknya perlahan. Air itu melewati bibir kak Shelly, lalu bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa aku jadi memperhatikan hal-hal detail seperti ini ?
“Siapa yang melamun, orang lagi …. ammmm mmm enak nih, selai apa kak ?”, aku mengalihkan perhatian ketika kedua bola mata kak Shelly menatapku dengan pandangan aneh.
“Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Shelly bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan membelakangiku menuju wastafel untuk mencuci tangan.
“OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip menyaksikan pinggul kak Shelly yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…
“Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Shelly. Hari sabtu aku memang gak ada mata kuliah.
“Enggak…”, kataku sesaat sebelum meneguk air minum.
“Periksa semua kunci rumah ya Ric kalo mau pergi. Kemarin di blok C11 ada yang kemalingan….!”.
“Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami.
Beberapa saat kemudian suara mobil terdengar keluar garasi. Lalu suara derikan pintu garasi ditutup. Dan ketika aku keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan.
Setelah memastikan kak Shelly pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak kemarin aku telah memiliki suatu rencana. Aku mau memasang Mini Camera kekamar kak Shelly, biar bisa online ke TV dikamarku, he he !.
Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak.
Aku selalu menunggu saat-saat dimana kak Shelly bermasturbasi. Dengan bebas aku melihat Live Show, lewat mini kamera yang telah kupasang dilangit-langit kamar Kak Shelly. Aman ! sejauh ini kak Shelly tak menyadari bahwa segala gerak-geriknya ada yang mengamati.
Benar rupanya hasil survey sebuah lembaga bahwa 60 % dari wanita lajang melakukan masturbasi. Kalau kuhitung bahkan ka Shelly melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu.
Kasihan kak Shelly. Ia mestinya memang sudah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Shelly toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya. Dan yang terpenting aku punya sesuatu untuk kunikmati. Kalau kak Shelly melakukannya dikamarnya, pasti aku juga. Ahh…..
Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, ingin rasanya aku bergegas kekamar kak Shelly ketika kak Shelly tengah menggeliat-geliat sendiri.
Aku ingin membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling bikin happy aja. Tapi aku gak berani. Apa kata dunia ?
Malam ini. Aku tak sabar lagi menunggu, sudah hampir jam sembilan. Tapi kok gak ada tanda-tandanya. Kak Shelly masih asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku kemudian bergegas keluar rumah bermaksud mengunci gerbang.
“Mau kemana Ric ?”,
“Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci .
“Jangan dulu dikunci, temen kak Shelly ada yang mau kesini !”,
“Mau kesini ? siapa kak ?”,
“Fitri…yang dulu itu lho !”,
“Ohh…!”, aku mencoba mengingat. Fitri ? ah masa bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh.
Aku bergegas kembali kedalam. Dan ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Shelly berdering. Kudengar kak Shelly berbicara, rupanya temennya si Fitri brengsek itu udah mau datang. Huh !
Aku hampir aja ketiduran. Atau mungkin memang ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun aku memang ketiduran.
Cuci muka di wastafel, lalu aku ambil sisa kopi yang tadi sore kuseduh. Dingin tapi lumayan daripada gak ada. Lalu seteguk air putih. Lalu sebatang Class Mild.
Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, membiarkan udara malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Shelly udah pulang kali ?!.
Kunyalakan TV, tapi hampir seluruh chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, lalu kutekan remote pada mode video…lho apa itu…?!
Ya ampun ! sungguh pemandangan yang menjijikan. sexy
Apa yang akan dilakukan kak Shelly dan temannya itu. Aku geleng-geleng kepala, ada rasa marah, kesal. Aku tidak menyangka kalau kak Shelly ternyata menyukai sesama jenis (Lesbian).
Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…!
Kumatikan TV. Aku termenung beberapa saat.
Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar sampai tetes terakhir.
Tapi…., aku tekan lagi tombol power TV, Upps… masih On Line ! Aku melihat kak Shelly dengan temannya berbaring miring berhadapan. Aku yakin mereka tanpa busana. Meskipun berselimut, bagian pundak mereka yang tak tertutup menunjukan kalau mereka tak berpakaian. Mereka saling menatap dan tersenyum.
Tangan kiri kak Fitri mengelus-elus pundak kak Shelly. Sementara kuperhatikan tangan kak Shelly nampaknya mengelus-elus pinggang kak Fitri, tidak kelihatan memang tapi gerakan-gerakan dari balik selimut menunjukan hal itu. Lama sekali mereka saling pandang dan saling tersenyum. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi aku tak mendengarnya karena aku tidak memasang Mini Camera dengan Mic.
Perlahan kepala kak Fitri mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Shelly. Aku Cemburu ! Mereka berciuman dengan penuh perasaan, perlahan saling mengulum dan melumat. fffpuih ! Ternyata benar-benar ada tugas pria yang dilakukan oleh wanita.
Untuk beberapa saat mereka berciuman dan saling meraba. Aku jadi menahan nafas. Mungkin aku juga ketularan tidak waras, rasanya ada satu gairah yang perlahan bangkit didalam tubuhku. Bahkan, aku mulai mendidih. Sesaat kak Fitri nampak menelusuri leher kak Shelly dengan bibir dan lidahnya, aku mengusap leherku sendiri.
Entah kenapa aku merasa merinding nikmat. Apalagi melihat ekpresi kak Shelly yang pasrah tengadah, sementara kak Fitri dengan lembut bolak-balik menjilat leher, dagu, pangkal telinga. Aku tak tahan melihat kak Shelly diperlakukan seperti itu. Setelah mematikan lampu, aku kemudian beranjak ke atas spring Bad, mendekap bantal guling, sementara mataku tak lepas dari layar TV.
Situasi semakin seru, kak Shelly kini yang beraksi, ia kelihatan agak terlalu terburu-buru. Dengan penuh nafsu ia menjilati dan menciumi leher kak Fitri yang kini terlentang ditindih kak Shelly. Kepala kak Fitri mendongak-dongak, aku yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya.
Kemudian kak Shelly berpindah menciumi dada kak Fitri, sekarang baru nampak jelas wajah kak Fitri. Ia ternyata cantik sekali, bahkan sedikit lebih cantik dari kak Shelly. Ah aku terangsang. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan makin mengeras. Agak ngilu terganjal ujung bantal guling, sehingga perlu kuluruskan.
Kak Shelly benar-benar beraksi, ia menciumi dan melahap payudara kak Fitri. Wajah kak Fitri mengernyit, dan mulutnya terbuka, apalagi ketika kak Shelly mengemut putting susunya. Ia Menggeliat-geliat sementara kedua tangannya mendekap kepala kak Shelly. Bergantian kak Shelly mengerjai kedua payudara kak Fitri. Kak Fitri menggeliat-geliat. Semakin liar, apalgi ketika kak Shelly menyelinap ke dalam selimut.
Tiba-tiba kepala Kak Shelly muncul lagi dari balik selimut, tengadah mungkin ia tersenyum atau tengah mengatakan sesuatu, karena kulihat kak Fitri tersenyum, lalu sebuah kecupan mendarat dikening Kak Shelly.
Sesaat kemudian kak Shelly menghilang lagi ke dalam selimut. Kak Fitri tampak membetulkan posisi badannya, selimutnya juga dirapihkan, aku tak dapat melihat apa yang tengah dilakukan kak Shelly, tapi menurut perkiraanku kepala kak Shelly tepat diantara selangkangan kak Fitri. Entah apa yang tengah dilakukannya. sexy
Namun yang terlihat, kak Fitri mendongak-dongak, kedua tanganya meremas-remas kepala kak Shelly. Kepala kak Fitri bergerak kekanan dan kekiri. Tubuhnya juga menggelinjang kesana sini. Kondisi seperti itu berlalu cukup lama.
Aku keringatan. Nafasku memburu. Tanpa sadar kubuka kaus yang kukenakan, lalu kulemparkan kain sarungku. Kemaluanku mengeras, menuntut diperlakukan sebagaimana mestinya. Ah… edan !
Tiba-tiba aku lihat kak Fitri mengejang beberapa kali. Pinggulnya mengangkat, kedua pahanya menjepit kepala kak Shelly. Mengejang lagi, sementara kepalanya mendongak kekanan dan kiri. Ia terengah-engah, lalu sesaat kemudian terdiam.
Matanya terpejam. Kemudian kak Shelly muncul dari balik selimut, ia nampak mengelap mulutnya dengan selimut. Paha kak Fitri tersingkap karenanya.
Kak Fitri kemudian meraih kedua bahu kak Shelly, mendaratkan kecupan dikening, pipi kanan dan kiri kak Shelly, lalu merangkul kak Shelly ke dalam pelukannya. Beberapa saat mereka berpelukan. Aku yang menyaksikan kejadian itu hanya dapat menahan napas, sementara tangan kananku meremas-remas dan mengurut kemaluanku sendiri.