Kulihat Bu Sonya dengan tekun mendengarkan cerita Saya sambil sesekali tersenyum kepada Saya. Melihat keadaan yang demikian Saya bertambah semangat bercerita, sampai pada akhirnya dengan spontan Saya berkata, “Apa saja akan kulakukan Bu Sonya, untuk dapat menyelesaikan mata kuliah ini. Mungkin suatu saat membantu Ibu membersihkan rumah, contohnya mencuci piring, mengepel, atau yah, katakanlah mencuci baju pun Saya akan lakukan demi agar mata kuliah ini dapat saya selesaikan. Saya mohon sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Ibu pada saya.” sexy
Mendengar kejujuran dan perkataanku yang polos itu, kulihat Bu Sonya tertawa kecil sambil berdiri menghampiriku, tawa kecil yang kelihatan misterius, dimana Saya tidak dapat mengerti apa maksudnya. “Apa saja Christoper..?” kata Bu Sonya seakan menegaskan perkataanku tadi yang secara spontan keluar dari mulutku tadi dengan nada bertanya. “Apa saja Bu..!” kutegaskan sekali lagi perkataanku dengan spontan.
Sesaat kemudian tanpa kusadari Bu Sonya sudah berdiri di belakangku, ketika itu Saya masih duduk di kursi sambil termenung. Sejenak Bu Sonya memegang pundakku sambil berbisik di telinga Saya. “Apa saja kan Christoper..?” Saya mengangguk sambil menunduk, saat itu Saya belum menyadari apa yang akan terjadi. Tiba-tiba saja dari arah belakang, Bu Sonya sudah menghujani pipiku dengan ciuman-ciuman lembut, sebelum sempat Saya tersadar apa yang akan terjadi. Bu Sonya tiba-tiba saja sudah duduk di pangkuanku, merangkul kepala Saya, kemudian melumatkan bibirnya ke bibirku. Saat itu Saya tidak tahu apa yang harus kulakukan, seketika kedua tangan Bu Sonya memegang kedua tanganku, lalu meremas-remaskan ke payudaranya yang sudah mulai mengencang.
Saya tersadar, kulepaskan mulutku dari mulutnya. “Bu, haruskah kita..” Sebelum Saya menyelesaikan ucapanku, telunjuk Bu Sonya sudah menempel di bibirku, seakan menyuruhku untuk diam. “Sudahlah Christoper, inilah yang Ibu inginkan..” Setelah berkata begitu, kembali Bu Sonya melumat bibirku dengan lembut, sambil membimbing kedua tanganku untuk tetap meremas-remas payudaranya yang montok karena sudah mengencang.
Akhirnya timbul hasrat kelelakianku yang normal, seakan terhipnotis oleh reaksi Bu Sonya yang menggairahkan dan ucapannya yang begitu pasrah, kami berdua tenggelam dalam hasrat seks yang sangat menggebu-gebu dan panas. Saya membalas melumat bibirnya yang indah merekah sambil kedua tanganku terus meremas-remas kedua payudaranya yang masih tertutup oleh baju itu tanpa harus dibimbing lagi. Tangan Bu Sonya turun ke bawah perutku, kemudian mengusap-usap kemaluanku yang sudah mengencang hebat. Dilanjutkan kemudian satu-persatu kancing-kancing bajuku dibuka oleh Bu Sonya, secara reflek pula Saya mulai membuka satu-persatu kancing baju Bu Sonya sambil terus bibirku melumat bibirnya.
Setelah dapat membuka bajunya, begitu pula dengan bajuku yang sudah terlepas, gairah kami semakin memuncak, kulihat kedua payudara Bu Sonya yang memakai BH itu mengencang, payudaranya menyembul indah di antara BH-nya. Kuciumi kedua payudara itu, kulumat belahannya, payudara yang putih dan indah. Kudengar suara Bu Sonya yang mendesah-desah merasakan kenikmatan yang kuberikan. Kedua tangan Bu Sonya mengelus-elus dada Saya yang bidang. Lama Saya menciumi dan melumat kedua payudaranya dengan kedua tanganku yang sesekali meremas-remas dan mengusap-usap payudara dan perutnya.
Akhirnya kuraba tali pengait BH di punggungnya, kulepaskan kancingnya, setelah lepas kubuang BH ke samping. Saat itu Saya benar-benar dapat melihat dengan utuh kedua payudara yang mulus, putih dan mengencang hebat, menonjol serasi di dadanya. Kulumat putingnya dengan mulutku sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang lain. Puting yang menonjol indah itu kukulum dengan penuh gairah, terdengar desahan nafas Bu Sonya yang semakin menggebu-gebu. “Oh.., oh.., Christoper.. teruskan.., teruskan Christoper..!” desah Bu Sonya dengan pasrah dan memelas. Melihat kondisi seperti itu, kejantananku semakin memuncak. Dengan penuh gairah yang mengebu-gebu, kedua puting Bu Sonya kukulum bergantian sambil kedua tanganku mengusap-usap punggungnya, kedua puting yang menonjol tepat di wajahku. Payudara yang mengencang keras.
Lama Saya melakukannya sampai akhirnya sambil berbisik Bu Sonya berkata, “Angkat Saya ke atas meja Christoper.., ayo angkat Saya..!” Spontan kubopong tubuh Bu Sonya ke arah meja, kududukkan, kemudian dengan reflek Saya menyingkirkan barang-barang di atas meja. Map, buku, pulpen, kertas-kertas, semua kujatuhkan ke lantai dengan cepat, untung lantainya memakai karpet, sehingga suara yang ditimbulkan tidak terlalu keras. sexy
Masih dalam keadaan duduk di atas meja dan Saya berdiri di depannya, tangan Bu Sonya langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, kemudian membuka celana Saya dan menjatuhkannya ke bawah. Serta-merta Saya segera membuka celana dalamku, dan melemparkannya ke samping. Kulihat Bu Sonya tersenyum dan berkata lirih, “Oh.. Christoper.., betapa jantannya kamu.. kemaluanmu begitu panjang dan besar.. Oh.. Christoper, Saya sudah tak tahan lagi untuk merasakannya.” Saya tersenyum juga, kuperhatikan tubuh Bu Sonya yang setengah telanjang itu.
Kemudian sambil kurebahkan tubuhnya di atas meja dengan posisi Saya berdiri di antara kedua pahanya yang telentang dengan rok yang tersibak sehingga kelihatan pahanya yang putih mulus, kuciumi payudaranya, kulumat putingnya dengan penuh gairah, sambil tanganku bergerilya di antara pahanya. Saya memang menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan tubuh kami yang berkeringat karena gairah yang timbul di antara Saya dan Bu Sonya. Kutelusuri tubuh Bu Sonya yang setengah telanjang dan telentang itu mulai dari perut, kemudian kedua payudaranya yang montok, lalu leher. Kudengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan pasrah dari mulut Bu Sonya