Beberapa saat kemudian dia kembali menyerang penisku. Mendapat serangan seperti itu, aku malah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, kulumat bibirnya dengan buas. Tapi tak lama Ersa berbisik, “Mas.. aku udah nggak tahan…”
Sambil berbisik Ersa memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke dalam vaginanya sexy.
Aku minta Ersa menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh bibir vagina. Kutusuk masuk senjataku melewati liang sempit itu.
“Sakit Mas…”
Sulitnya masuk liang kawin Ersa, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak terlalu ngoyo.
“Nggeh… dikit lagi Ers…”
“Eeehhh… waaa!!”
“Jlub…” 15 centi batang penisku amblas sudah dikenyot liang kawin Ersa. Aku diamkan sebentar lalu aku kocok-kocok seirama desah nafas.
“Eeehh… terus mass… uhh…”
Gadis itu menggeliat-geliat nikmat. Darah merembes di selakangnya. Entah sadar atau tidak tangan Ersa meremas-remas payudaranya sendiri. Lima belas menit penisku bermain petak umpet di vagina Ersa. Rupaya gadis itu enggan melepaskan penisku.
Berulang-ulang kali spermaku muncrat di liang rahimnya. Merulang-ulang kali Ersa menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Ersa kelelahan dan memilih tidur terlentang di samping Maya.
Capek sekali rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka menyesal dengan kejadian malam ini. Yang pasti aku tak menyesal perjakaku hilang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget. Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Rere.
Malam makin sepi. Sebelum yang lain pada pulang, aku segera memindahkan tubuh Maya ke kamarnya lengkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Ersa. Dan malam ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan kejadian barusan.
Lagipula tak ada bukti, bekas cipokan di leher Maya sudah memudar. He.. he.. he.. mereka akan mengira ini hanya mimpi sexy.
“Auh…”
Ersa menekan batang penisku.
“Ers… sakit sayang” keluhku diantara payudara Ersa.