Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya, Aku bekerja sebagai kontraktor di perusahaan swasta daerah Indramayu yang sekarang ini mempunyai sekitar 20 pegawai dan 3 orang diantaranya adalah wanita, yang umur ketiga wanita ini sekitar 30 tahunan. Hubunganku dengan para pekerja begitu akrab, sehingga beberapa diantara mereka ada yang sudah menganggap aku sebagai saudara.
Dalam situasi seperti sekarang ini, perusahaan dimana aku bekerja juga mengalami krisis yang cukup serius dan jasa pekerjaan yang kami terima dari perusahaan kilang minyak dan perusahaan lainnya juga semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan pimpinanku memerintahkan untuk mengurangi beberapa orang pegawainya dan ini harus kulaksanakan dalam waktu sebulan ini.
Setelah kupilah-pilah dari 20 orang pegawai itu, lalu aku mengambil 5 orang pegawai yang paling lama, Sri adalah salah satu diantara 3 pekerja wanita di sini yang menjabat sebagai sekretaris kantor. menurut teman-teman kerjanya Sri adalah seorang pegawai yang agak sombong, entah apa yang disombongkan atau mungkin karena merasa yang paling cantik diantara ke 2 wanita lainnya. Suaminya Sri sudah setahun ini bekerja di Arab sebagai TKI.
Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya – Suatu hari di Jum’at sore, sewaktu aku bersiap siap akan pulang, tiba-tiba muncul salah seorang pegawai yang biasa kupanggil Pak Tris datang menghadap ke ruangan kantorku.
“Ada apa Pak Tris”, tanyaku.
“Ini…, Pak…, kalau Bapak ada waktu, besok saya ingin mengajak Bapak untuk melihat kebun buah-buahan di daerah pegunungan peninggalan orang tua saya, siapa tahu Bapak tertarik untuk membelinya”. Setelah kupikir sejenak dan sekaligus untuk menyenangkan hatinya, karena Pak Tris ini adalah salah satu dari pegawai yang akan terkena PHK, segera saja permintaannya kusetujui.
“Oke…, Pak Tris, boleh deh, kebetulan saya tidak punya acara di hari Sabtu dan Minggu ini…, kita pulang hari atau nginap Pak…?
“Kalau Bapak nggak keberatan…, kita nginap semalam di gubuk kami…, Pak.., dan kalau Bapak tidak berkeberatan, saya akan membawa Istri, anak dan cucu saya, Biar agak ramai sekaligus untuk masak.., karena tempatnya agak jauh dari warung”, jawab Pak Tris dengan wajah berseri.
“Ya…, Pak…, saya tidak punya kendaraan.., lanjut Pak Tris dengan wajah agak sedih”.
“Pak Tris…, soal kendaraan jangan terlalu di pikir, kita pakai Kijang saya saja.., dan Pak Tris boleh membawa semua keluarganya, asal mau berdesak-desakan di Kijang dan besok jam 10 pagi akan saya jemput ke rumah Pak Tris”, sahutku dan Pak Tris dengan wajah berseri kembali lalu mengucapkan terima kasih dan pamit untuk pulang. “
Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya – Besok paginya sekitar jam 10 pagi aku menjemput ke rumah Pak Tris yang boleh dibilang rumah sangat sederhana. Di depan rumahnya aku disambut oleh Pak Tris dan Istrinya. Aku agak terkejut, karena Isrinya kelihatan jauh lebih muda dari yang kuduga. Dia kutaksir berumur sekitar 35 tahunan dan walau tinggal di kampung tapi sepertinya tidak ketinggalan jaman. Istri Pak Tris mengenakan rok dan baju agak ketat tanpa lengan serta ukuran dadanya sekitar 36C.
“silakan masuk…, Pak…”, katanya hampir serentak,
“Ma’af Pak…, rumahnya jelek”, sambung Pak Tris.
“Ah, Bapak dan Ibu.., bisa saja, Oh iya…, anak dan cucu nya apa jadi ikut?”, sahutku sambil bertanya karena aku tidak melihat mereka.
“Oh…, si Nining (nama anak perempuannya) sedang di belakang menyiapkan barang-barang bawaannya dan cucu saya tidak mau pisah dari ibunya”, sahut Pak Tris.
Tidak lama kemudian dari belakang muncul wanita muda yang tidak bisa dibilang jelek dengan tinggi sekitar 160 Cm serta memakai T shirt ketat sedang menggendong anak laki-laki dan tangan satunya menjinjing tas agak besar, mungkin berisi pakaian.
“Pak..”, kata Pak Tris, yang membuatku agak kaget karena aku sempat terpesona dengan body Nining yang yang aduhai serta berjalan dengan dada yang menantang walau ukuran dadanya boleh dibilang tidak besar.
“Paak…, ini kenalkan anak perempuan saya…, Nining dan ini cucu saya Dodi”. Kusambut uluran tangan Nining serta kujabat tangannya yang terasa agak dingin dan setelah itu kucubit pipi Dodi.
“Ayo…, Pak…”, ajak Pak Tris, “Kita semua sudah siap dan bisa berangkat sekarang”.
“Lho…, apa bapaknya Dodi tidak ikut…, Pak?, tanyaku dan kulihat Pak Tris saling berpandangan dengan Istrinya, tapi yang menyahut malah Nining. “Enggak kok…, Pak…, dia lagi pergi jauh”.
“Ayo…, lah kalau begitu…, kita bisa berangkat sekarang.., Pak”, kataku walau aku masih ada tanda tanya besar dalam hatiku soal suami Nining.
Sesampainya tempat yang dituju, aku jadi terkagum-kagum dengan kebun yang dimiliki Pak Tris yang cukup luas dan tertata rapi serta seluruhnya ditanami pohon buah-buahan, bahkan banyak yang sedang berbuah. Rumah yang boleh dibilang tidak besar, terletak di bagian belakang kebun itu.
“Ayo…, Pak, kita beristirahat dulu di gubuk, nanti setelah itu kita bisa keliling kebun melihat pohon-pohon yang ada”, kata bu Risma (istri pak tris) dan disambut dengan sahutan Pak Tris.
“Iyaa…, Pak…, silakan istirahat ke rumah dulu, biar Istri saya menyiapkan minum buat Bapak, sedang saya mau ketemu dengan yang menjaga kebun ini.
Lalu aku dan bu Risma berjalan beriringan menuju rumahnya dan sepanjang perjalanan menuju rumah kupuji kalau kebunnya cukup luas serta terawat sangat baik.
“Aahh…, Bapak…, jangan terlalu memuji…, kebun begini.., kok dibilang bagus.., tapi inilah kekayaan kami satu-satunya dan peninggalan mertua”, kata bu Risma yang selalu murah senyum itu. Ketika mendekati rumah, bu Risma lalu berkata,
“silakan Pak…, masuk”, dan aku segera katakan, “silakan…, sambil bergeser sedikit untuk memberi jalan pada bu Risma.
Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya – Entah mengapa, kami berdua berjalan bersama masuk pintu rumah sehingga secara tidak sengaja tangan kiriku telah menyenggol bagian dada bu Risma yang menonjol dan kurasakan empuk sekali. Sambil kupandangi wajah bu Risma yang kelihatan memerah, segera kukatakan.
“Maaf…, bu…, saya tidak sengaja”, bu Risma tidak segera menjawab permintaan maafku, aku jadi merasa agak nggak enak dan takut dia marah, sehingga kuulangi lagi.
“Benar…, buu…, saya tidak sengaja…”.
“Aahh..”, Pak Pur.., saya nggak apa apa kok…, hanya…, agak kaget saja, lupakan.., Pak…, cuma gitu saja…, kok”, kata bu Risma sambil tersenyum.
“Oh iya…, Bapak mau minum apa”, tanya bu Risma.
“Terserah Ibu saja deh”.
“Lhoo…, kok terserah saya..?”.
“Air putih juga boleh kok bu”.
Setelah itu bu Risma ke belakang, lalu aku duduk di ruang tamu sambil memperhatikan ruangannya model rumah kuno tetapi terawat dengan baik.
Tidak terlalu lama, kulihat bu Risma yang telah mengganti bajunya dengan baju terusan seperti baju untuk tidur yang longgar berjalan dari belakang sambil membawa baki berisi segelas teh dan sesampainya di meja tamu dimana aku duduk, bu Risma meletakkan gelas minuman untukku sambil sedikit membungkuk, sehingga dengan jelas terlihat dua gundukan besar yang menggantung didadanya yang tertutup BH dan bagian dalam badannya, membuat mataku sedikit melotot memperhatikannya.
“Iihh…, matanya Pak Puur…, kok…, nakal.., yaa”, katanya sambil menyapukan tangannya dimukaku serta tersenyum.
Aku jadi agak malu dikatakan begitu dan untuk menutupi rasa maluku, aku jawab saja sambil agak bergurau. seks
“Habiis…, bu Risma berdirinya begitu…, sih.
“Aahh…, bapak ini…, kok sepertinya…, belum pernah melihat seperti itu saja”, sahut bu Risma yang masih berdiri di dekatku dan mencubit tanganku.
“Betul kok…, buu…, saya belum pernah melihat yang seperti itu, jadi boleh kan buu…, saya lihat lagi..?”.
“aahh…, bapak..”, kembali mencubitku tetapi sekarang di pipiku sambil terus berjalan ke belakang.
Setelah minuman kuhabiskan, aku lalu balik keluar menuju ke kebun dan ngobrol dengan pak Tris yang sedang membersihkan daun-daun yang berserakan. Selang berapa lama, kulihat bu Risma datang dari dalam rumah sambil membawa gulungan tikar dan setelah dekat lalu menggelar tikarnya di kebun sambil berkata kepada suaminya.
“Paak…, kita ajak Pak Pur makan siang disini saja…, yaa”, dan pak Tris tidak menjawab pertanyaan istrinya tetapi bertanya kepadaku.
“Nggak…, apa-apa…, kan.., paak.., makan di kebun..? Biar tambah nikmat”.
“Nggak apa apa kok.., paak”, jawabku.
Tidak lama kemudian dari arah rumah tetangganya, kulihat Nining yang sudah mengganti bajunya dengan baju terusan yang longgar seperti ibunya datang membawa makanan dan sambil membungkuk meletakkan makanan itu di tikar dan aku yang sedang duduk di tikar itu kembali melihat buah yang menggantung di dada, dan sekarang dadanya Nining.
Kelihatan sekali kalau Nining tidak mengenakan BH dan ukurannya tidak besar. Nining tidak sadar kalau aku sedang memperhatikan buah dadanya dari celah bajunya pada saat menaruh dan menyusun makanan di tikar.
Setelah Nining pergi, sekarang datang Ibunya sambil membawa makanan lainnya dan ketika dia membungkuk menaruh makanan, kembali aku disungguhi pemandangan yang sama dan sekarang agak lama karena makanan yang disusun oleh Nining, disusun kembali oleh bu Risma. Tidak kuduga, tiba-tiba bu Risma sambil tetap menyusun makanan lalu berkata agak berbisik, mungkin takut didengar oleh suaminya yang tetap masih bekerja membersihkan daun-daun tidak jauh dari tempatku duduk.
“Paak…, sudah puas melihatnyaa..?” . Lalu kudekatkan wajahku sambil membantu menyusun makanan dan kukatakan pelan,
“Beluum…, buu…, saya kepingin memegangnya dan menghisapnyaa”. bu Risma langsung mencubitkan tangannya di pahaku sambil berkata pelan,
“Awas…, yaa…, nanti saya gigit punya bapak.., baru tahu”, sambil terus berjalan.
Sekarang muncul lagi Nining dan kembali meletakkan makanan sambil membungkuk dan kembali terlihat buah dadanya dan kepingin rasanya kupegang. Rupanya Nining tahu kalau aku sedang memperhatikan dadanya, lalu dia berbisik.
“Paakk…, matanya kok nakal…, yaa…”, tapi tanpa menutupnya dan langsung saja kujawab,
“aam…, habis bagus siih…, pingin pegang?”, Nining hanya tersenyum sambil mencubit tanganku lalu pergi.
Setelah itu kami berempat makan di tikar dan nikmat sekali rasanya makan di kebun dan setelah selesai makan, Nining pamit untuk memberi makan anaknya di rumah bibinya. Ketika kutanyakan ke Pak Tris, kemana suaminya Nining segera Pak Tris menceritakan keluarganya., bahwa Istri Pak Tris ini adalah adik kandung dari Istri pertamanya yang sudah meninggal dan Nining adalah anak satu-satunya dari istri pertamanya.
Nining sudah bercerai dari suaminya pada saat Nining hamil, suaminya meninggalkan begitu saja karena kawin dengan wanita lain. Tidak terasa kami ngobrol di kebun cukup lama dan mungkin karena hawanya agak dingin dan anginnya agak keras, aku merasa seperti sedang masuk angin.
Sementara Pak Tris dan istrinya membereskan sisa makan siang, aku memukul-mukul perutku untuk membuktikan apa benar aku sedang masuk angin dan ternyata benar. Perbuatanku memukul perut rupanya diketahui oleh Pak Tris dan istrinya.
“Kenapa paak..”, tanya mereka hampir serentak.
“Nggak apa apa kok…, cuman masuk angin sedikit”.
“Paak…, masuk angin kok…, dibilang nggak apa apa..”, jawab Pak Tris
“Apa bapak biasa dikerokin”, lanjutnya.
“Suka juga sih paak”, jawabku.
“Buu…, biar saya yang beresin ini semua…, itu tolong kerokin dan pijetin Pak Puur, biar masuk anginnya hilang”, kata Pak Tris.
“Oh…, iya.., Buu”, lanjut Pak Tris,
“Habis ini saya mau mancing ikan di kali belakang, siapa tahu dapat ikan untuk makan malam nanti…”. seks
“Pak Trus…, nanti kalau masuk angin saya hilang, saya mau ikut mancing juga”, kataku.
“Ayoo…, pak Puurr.., kita ke rumah…, biar saya kerokin di sana…, kalau di sini nanti malah bisa sakit beneran.