Sesampainya di dalam rumah lalu bu Risma berkata,
“Paak…, silakan bapak ke kamar sini saja”, sambil menunjuk salah satu kamar, dan
“Saya ke belakang sebentar untuk mengambil uang untuk kerokannya”. Tidak lama kemudian bu Risma muncul ke dalam kamar dan menutup pintunya dan menguncinya.
“Paak…, kerokannya di tempat tidur saja yaa…, dan tolong buka kaosnya”. Setelah beberapa tempat di punggungku dikerokin, bu Risma berkomentar. “Paakk…, rupanya bapak masuk angin beneran…, sampai merah semua badan bapak”.
Setelah hampir seluruh punggungku dikerokin dan dipijitin, lalu bu Risma memintaku untuk tidur telentang.
“Paak…, sekarang tiduran telentang…, deh…, biar bisa saya pijitin agar angin yang di dada dan perut bisa keluar juga. Kuturuti permintaannya dan bu Risma naik ke tempat tidur di samping kiriku dan mulai memijit kedua bahuku.
Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya – Dengan posisi memijit seperti ini, tentu saja kedua payudara bu Risma terlihat sangat jelas dan bahkan seringkali menyentuh wajahku sehingga mau tak mau membuat penisku menjadi tegang. Karena sudah tidak kuat menahan diri, kuberanikan untuk memegang kedua payudaranya dan bu Risma hanya berkata pelan.
“Jangaan…, paak…, sambil tetap memijit bahuku.
“Kenapa buu…”, tanyaku sambil melepas pegangan di payudaranya.
“Nggak…, apa apa kok…, paak”, jawabnya pelan sambil tersenyum.
Karena tidak ada kata-kata lainnya, maka kuberanikan lagi untuk menyelusupkan tangan kiriku ke dalam bajunya bagian bawah serta kupegang vaginanya dan kembali terdengar suara bu Risma.
“Paakk…, sshh…, jangaan…, aahh…”, dan badannya dijatuhkan ke badanku serta bibirnya bertemu dengan bibirku. Dengan tidak sabar, lalu kuangkat rok terusannya ke atas dan kulepaskan dari kepalanya sehingga badannya telanjang hanya tertutup oleh BH dan CD saja, lalu segera badannya kubalik sehingga aku sekarang ada di atas badannya dan segera kaitan BH-nya kulepas sehingga tersembul buah dadanya yang besar.
Kujilati dan kuhisap kedua payudaranya bergantian dan bu Risma hanya berdesah pelan.
“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, dan tangan kiriku kugunakan untuk melepas CD-nya dan kumasukkan jariku diantara belahan vaginanya yang sudah basah dan ini mungkin membuat bu Risma semakin keenakan dan terus mendesah.
“sshh…, aduuhh…, paakk…, sshh…, aahh”.
Sambil tetap Kujilati payudaranya, sekarang kugunakan tanganku untuk melepas celana panjang dan CD-ku dan setelah berhasil, kembali kugunakan jari tanganku untuk mempermainkan vaginanya dan kembali kudengar desahannya.
“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, ayoo.., paak”, dan kurasakan bu Risma telah membukakan kedua kakinya agak lebar.
Walau tidak bilang kurasa bu Risma sudah tidak tahan lagi, maka segera saja kuarahkan penisku ke arah vaginanya dan kedua tangannya telah melingkar erat di punggungku. Belum sempat aku siap-siap,
“Bleess…”, penisku masuk ke dalam vaginanya akibat bu Risma menekan kuat-kuat punggungku dan bu Risma berteriak agak keras,
“aahh..”, sehingga terpaksa mulutnya segera kusumpal dengan bibirku agar teriakannya tidak terdengar sampai keluar kamar.
Sambil kujilati payudaranya, aku menggerakkan pantatku naik turun sehingga penisku keluar masuk vaginanya dan menimbulkan bunyi.
“ccrreett…, ccrreett…, ccrreett”, dan dari mulut bu Risma terdengar desahan yang agak keras,
“Aahh…, sshh…, paak…, aahh..”, dan tidak lama kemudian bu Risma semakin cepat menggerakkan pinggulnya dan tiba-tiba kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat di punggungku sehingga mempersulit gerakan keluar masuk penisku dan terdengar suaranya yang agak keras,
“aaduuhh.., sshh…, aahh…, aaduuhh…, paakk…, aarrhh.., sambil menekan kuat-kuat badanku lalu bu Risma terdiam, dengan nafas yang cepat.
Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya – Untuk sementara, kudiamkan dulu sambil menunggu nafas bu Risma agak normal kembali dan tidak lama kemudian, sambil menciumi wajahku, bu Risma berkata. “Paakk…, sudah lamaa…, saya…, tidak pernah seperti ini…, terima kasih…, paak”.
Setelah nafasnya kembali normal dan penisku masih tetap di dalam vaginanya, lalu kuminta bu Risma untuk menungging.
“Paak…, saya belum pernah seperti itu”, katanya pelan.
“Nggak apa-apa kok buu…, nanti juga bisa”, kataku sambil mencabut penisku dari vaginanya yang sangat basah.
Kubalik badannya dan kuatur kakinya sehingga posisinya nungging, bu Risma hanya mengikuti kemauanku dan menaruh kepalanya di bantal. Lalu kudekatkan wajahku di dekat vaginanya dan kujulurkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan kupermainkan, sambil kupegang kedua bibir vaginanya, bu Risma hanya menggerakkan pantatnya pelan-pelan. Tetapi setelah bu Risma memalingkan kepalanya dan menengok ke arah bawah serta tahu apa yang kuperbuat, tiba-tiba bu Risma menjatuhkan badannya serta berkata agak keras,
“Paakk…, jangaan”, sambil berusaha menarik badanku ke atas.
Terpaksa kudekati dia dan sambil kucium bibirnya yang mula-mula ditolaknya, lalu kutanya,
“Kenapa…, buu..?
“Paakk…, jangaan…, itu kan kotoor..”, Sambil agak berbisik, segera kutanyakan.
“Buu…, apa ibu belum pernah…, dijilati seperti tadi..?”.
“Beluum.., pernah paak..”, katanya.
“Buu…, nggak apa-apa.., kok…, coba deh…, pasti nanti ibu akan nikmat..”, sambil kutelentangkan dan kutelisuri badannya dengan jilatan lidahku.
Sesampainya di vaginanya, kulihat tangan bu Risma digunakan untuk menutupi vaginanya, tapi dengan pelan-pelan berhasil kupindahkan tangannya dan segera kuhisap clitorisnya yang membuat bu Risma menggelinjang dan mendesah.
“Paakk…, jangaann…, aahh…, aduuhh”, tapi kedua tangannya malah diremaskan di kepalaku dan menekannya ke vaginanya.
Kelihatannya bu Risma sudah tahu nikmat vaginanya dihisap dan dijilati, sehingga sekarang semakin sering kepalaku ditekan ke vaginanya disertai desahan-desahan halus,
“aahh…, sshh…, aahh…, aaccrrhh”, seraya menggerak-gerakkan pinggulnya.
Jilatan serta hisapanku ke seluruh vagina bu Risma membuat gerakan pinggulnya semakin cepat dan remasan tangannya di rambutku semakin kuat dan tidak lama kemudian, lagi-lagi kedua kakinya dilingkarkan ke bahuku dan menjepitnya kuat-kuat disertai dengan desahan yang cukup keras
“aahh…, aaduuh…, sshh…, aaccrrhh…, paakk…, adduuhh…, aacrrhh.Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya – Kulihat bu Risma terdiam lagi dengan nafasnya yang terengah-engah sambil mencoba menarik badanku ke atas dan kuikuti tarikannya itu, sesampainya kepalaku di dekat kepalanya, bu Risma sambil masih terengah-engah mengatakan
Paakk…, enaak…, sekalii…, paak..,. terima kasiih..”. Pernyataannya itu tidak kutangapi tetapi aku berusaha memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan karena kakinya masih terbuka, maka penisku yang masih sangat tegang itu dapat masuk dengan mudah. seks
Karena nafas bu Risma masih belum normal kembali, aku hanya menciumi wajahnya dan diam menunggu tanpa menggerakkan pinggulku, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, terasa sekali penisku terhisap keras oleh vaginanya dan terasa sangat nikmat dan kubilang,
“Buu…, ituu…, Buu…, enaakk…, laggii…, buu”, dan mungkin ingin membuatku keenakan, kurasakan sedotannya semakin keras saja dan,
“Buu…, teruuss…, buu…, enaakk.., aaduuh”. Setelah nafasnya kembali normal, lalu kuangkat kedua kaki bu Risma dan kutempatkan di atas bahuku dan bu Risma hanya diam saja mengikuti kemauanku.
Dengan posisi begini, terasa penisku semakin dalam menusuk ke vaginanya dan ketika penisku kuhentakkan keluar masuk vaginanya, bu Risma kembali berdesah,
“Aahh…, Paakk…, enaakk…, Paakk…, aahh…, sshh”, dan akupun yang sudah hampir mendekati klimaks ikut berdesah,
“aahh…, sshh…, aaccrrhh…, Buu.., aahh”, sambil mempercepat gerakan penisku keluar masuk vaginanya dan ketika aku sudah tidak dapat menahan air maniku segera saja kukatakan,
“Buu…, Buu…, saayaa…, sudah mau keluar…, aahh…, taahaan…, yaa…, Buu..”, dan bu Risma sambil memelukku kuat-kuat, menganggapinya dengan mengatakan,
“Paakk…, ayoo…, cepaatt…, Paakk…”, dan kutekan penisku kuat-kuat menusuk vaginanya sambil berteriak agak keras,
“aahh…, aacrrhh…, bbuu…, aahh..”, Aku sudah tidak memperhatikan lagi apa yang diteriakkan bu Risma dan yang aku dengar dengan nafasnya yang terengah-engah bu Risma menciumi wajahku sambil berkata,
“Teriimaa…, kasiih…, paakk…, saayyaa…, capeek…, sekali.., paakk”.
Setelah istirahat sebentar dan nafas kami kembali agak normal, bu Risma mengambil CD-nya dan dibersihkannya penisku hati-hati.
Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya – Aku segera mengenakan pakaianku dan keluar menuju sungai untuk menemani pak Tris memancing. “Sudah dapat berapa Paak ikannya..”, tanyaku setelah dekat.
“ooh…, bapaak…, sudah tidak masuk angin lagi…, paak..?”, dan lanjutnya, “Lumayan paak.., sudah dapat beberapa ekor dan bisa kita bakar nanti malam.
Malam harinya setelah makan dengan ikan bakar hasil pancingannya pak Tris, kami berempat hanya ngobrol di dalam rumah dan suasananya betul-betul sepi karena tidak ada TV ataupun radio, yang terdengar hanyalah suara binatang-binatang kecil dan walaupun sudah di dalam rumah tetapi hawanya terasa dingin sekali, maklum saja karena kebun pak Tris berada di kaki bukit.
Sambil ngobrol kutanyakan pada Nining,
“ke mana anaknya..? Kok dari tadi tidak kelihatan”
“oohh…, sudah tidur paak”, katanya.
Cerita Dewasa Istri Teman yang Kunikmati Tubuhnya – Karena suasana yang sepi ini, membuat orang jadi cepat ngantuk dan benar saja tidak lama kemudian Nining pamit mau tidur duluan. Sebetulnya aku juga sudah mengantuk demikian juga kulihat mata bu Risma sudah layu, tetapi karena pak Tris masih bersemangat untuk ngobrol maka obrolan kami lanjutkan bertiga. Tidak lama kemudian, bu Risma juga pamit untuk tidur duluan dan mungkin pak Tris melihatku menguap beberapa kali, lalu pak Tris berkata padaku,
“Paak…, lebih baik kita juga nyusul tidur”.
“Betul…, paak, karena hawanya dingin membuat orang cepat mengantuk”, jawabku.
“ooh…, iyaa…, paak.., silakan bapak tidur di kamar yang sebelah depan”, kata pak Tris sambil menunjuk arah kamar dan lanjutnya lagi,
“Maaf…, yaa.., paakk.., rumahnya kecil dan kotor lagi”.
“aahh…, pak Tris…, ini selalu begitu”,jawabku.
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar depan yang ditunjuk oleh pak Tris. Tetapi setelah masuk ke kamar yang ditunjuk oleh pak Tris, aku jadi sangat terkejut karena di kamar itu telah ada penghuninya yang telah tidur terlebih dahulu yaitu Nining dan anaknya. Karena takut salah kamar, aku segera keluar kembali untuk menanyakan kepada pak Tris yang kebetulan baru datang dari arah belakang rumah, lalu segera kutanyakan,
“Maaf…, paak…, apa saya tidak masuk kamar yang salah?”, kataku sambil menunjuk kamar dan pak Tris langsung saja menjawab, seks
“Betuul…, paak…, dan maaf kalau Nining dan anaknya tidur di situ…, habis kamarnya hanya dua…, mudah-mudahan mereka tidak mengganggu tidur bapak”, kata pak Tris.
“ooh…, ya sudah kalau begitu paak…, saya hanya takut salah masuk kamar…, oke kalau begitu paak…, selamat malaam”. Aku segera kembali masuk ke kamar dan menguncinya.
kamar ini mempunyai hanya satu tempat tidur yang lebar dan Nining serta anaknya tidur disalah satu sisi, tetapi anaknya ditaruh di sebelah pinggir tempat tidur dan dijaga dengan sebuah bantal agar supaya tidak jatuh.