Cerita Nafsu Dewasa dan Goyangan Nikmat Permainan Seks Tante Yully – Pria besar itu pun pergi dari kamar sambil berkata, “tapi main-nya ga gratis ya…”. Kami pun tertawa sambil menjawab, “Iya bang, kami tambah waktu… Tar kami bayar…”, jawab kami. Tante Yully kegirangan lalu memelukku yang berada paling dekat dengannya. “Thanks…”, bisiknya di dekat telingaku. Mamat yang tadi tidak sempat menikmati tante Yully pun segera menanggalkan pakaiannya. “Ini ga gratis loh, bang Solihin minta bantu menemukan keberadaan bapaknya Fenny…”, kata Mamat. sexy
Ternyata sedari tadi Mamat bernegosiasi dengan bang Solihin. “Tenang aja bro, itu sudah kerjaan kita dari dulu…”, lanjut Syamsul. “Sebagai tanta terima kasih, aku akan melayani kalian seumur hidup…”, kata tante Yully yang kemudian kembali membagikan kami kondom. Hahaha, ronde selanjutnya nih.
Aku dan Syamsul membiarkan Mamat beraksi sendiri terlebih dahulu. Tante Yully melayani Mamat dengan sangat semangat, tanpa kenal lelah. Ini kesempatan kami, karena kalau sudah kembali ke tempat kami, Herman lah yang berkuasa. Mamat menyetubuhi tante Yully dengan nafsu selayak suami istri, permainan cinta yang kemudian mengundang nafsu birahi kami. Hatiku kembali berkecamuk, jantungku berdegup kencang, dan penisku mulai kembali menegang. “Napa man? Mau lanjut?”, tanya Syamsul yang sedang duduk di sampingku. “Hahaha, kayak bro ga nafsu aja…”, balasku yang kembali menghisap rokok dan mencari channel tv yang enak ditonton. Syamsul juga kelihatan kembali bergairah, malu menjawab pernyataanku tadi, ia hanya memainkan penisnya yang kembali mengeras.
Mamat memeluk tante Yully dengan erat, dilumatnya bibir tante Yully sambil menggoyangkan pinggulnya untuk mengocok vagina tante Yully dengan penisnya. “Enakk…”, rintihan tante Yully yang benar-benar jelas terdengar.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, aku pun bangkit dan coba melihat apa yang terjadi. “Ada apa?”, tanyaku melihat Deni di depan pintu. “Jangan lama mas, takut boss berubah pikiran…”, kata Deni yang sedari tadi juga mengawasi gelagat bang Solihin. “Kalau ga mandang Mamat, gue sih ga bakal kasih saran…”, lanjut Deni. “Iya bro, ne lagi tungguin Mamat…”, jawabku. Benar juga pikirku dalam hati, bang Solihin sudah memberi kemudahan, kalau ia berubah pikiran, bisa-bisa kami tidak diperbolehkan keluar dari sini.
Aku pun kembali masuk dan mengenakan kembali pakaianku. “Mau ke mana man? Belum ronde dua nih…”, tanya Syamsul. “Kita mesti cepat tinggalin tempat ini bro, sebelum bang Solihin berubah pikiran…”, jawabku sambil mengemas semuanya. Mendengar itu, Syamsul juga segera memakai kembali pakaiannya. Kami hanya menunggu Mamat dan tante Yully menyelesaikan acara mereka.
Cerita Nafsu Dewasa dan Goyangan Nikmat Permainan Seks Tante Yully – Tidak lama, mereka sudah terkapar, Mamat dan tante Yully sudah menyelesaikan permainan cinta mereka dan mencapai orgasme. Aku pun meminta mereka segera bergegas untuk meninggalkan tempat ini. Tanpa menunggu lama, kami pun keluar, tak berani berpamitan dengan bang Solihin, kami hanya keluar dengan diantar oleh Deni sampai ke parkiran. “Thanks bro..”, salam Mamat sambil berjabat tangan dengan Deni. “Sip, kapan-kapan kita ngumpul lagi…”, balas Deni.
Aman pikirku, kami pun keluar dari tempat itu. Aku menyupir dan Mamat duduk di sampingku, sedangkan Syamsul dan tante Yully duduk di belakang. Ternyata di sepanjang perjalanan, Syamsul melanjutkan percintaannya dengan tante Yully. Ia membuka resleting celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah mengerah.
Tante Yully pun mulai mengocoknya, mereka tidak takut dengan pandangan dari luar, karena jendela mobil menggunakan kaca film, sehingga sulit melihat jelas ke dalam mobil dari arah luar. Tante Yully sudah profesional, ia mulai menundukkan kepalanya untuk menyepong penis Syamsul. Sialan pikirku, tahu gini aku milih duduk di belakang saja deh. Sedikit iri juga karena permainan mereka hanya membuat penisku terangsang tanpa pelampiasan. sexy
Akhirnya sampai juga di tempat usaha Herman, sedangkan Mamat dan tante Yully sudah menyudahi aktivitas mereka. Kami segera naik ke lantai tiga, tempat biasanya kami berkumpul. “Mamaaaa…..”, teriak Fenny ketika melihat kami tiba bersama ibunya. “Sudah beres?”, tanya Herman padaku. “Sip dah…”, jawabku. Reuni antara ibu dan anakpun berlangsung beberapa saat, setelah itu kami pun saling berkenalan. Hmm, nambah anggota lagi nih tempat kami. “Oke, nanti malam kita buat pesta…”, kata Herman membuat seluruh orang di sini bersorak gembira.