Aaahh, uugghh..” teriak Vivi, rupanya dia sudah orgasme. Aku mempercepat gerakan dan teriakan Vivi semakin menjadi-jadi, lalu kuhentikan tiba-tiba sambil menekan dan memasukkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya kelubang kemaluannya.
“Oh.. Oh.. Oh.. that was so nice darling, let’s make another,” katanya. seks
Kubalikkan badannya telungkup ke tempat tidur, dan dari belakang kupompa lagi keluar masuk lubang kemaluannya yang ketat itu, kurebahkan badanku menempel ke punggung Vivi dan kugerakkan pinggulku secepatnya.
“Uh.. uh.. uh.. uh.. aduh Mas enak sekali.. aahh..” teriak Vivi lagi karena orgasme yang kedua.
Tapi kali ini aku tidak stop, karena aku juga sudah merasakan denyutan yang memuncak di sepanjang batangku. Dan dengan kecepatan penuh kupompa keluar masuk lubang kemaluan ketat itu. Diiringi erangan yang semakin menjadi-jadi dari Vivi, akhirnya aku juga mencapai klimaksnya.
Paginya karena hari Minggu, aku tidak terlalu resah untuk bangun pagi. Apalagi aku sekarang sedang menginap di ****(edited) bersama Vivi. Waktu aku bangun kulihat jam di meja samping tempat tidur, eh baru jam 8:00 pagi. Kepala masih nyut-nyutan, dan kamar masih gelap sekali, tapi aku tetap bangun dan ke kamar mandi. Setelah sikat gigi dan “nyetor saham”, aku langsung ke tempat tidur lagi dan masuk ke balik selimut.
“Emm, Mas kok pagi-pagi sudah bangun sih. Uuhh.. tangan kamu tuh dingin, jangan nempel-nempel dong!” kata Vivi protes.
Tapi tanpa menghiraukan protes Vivi, aku tetap menempelkan badanku ke badan Vivi yang juga telanjang bulat. Dari belakang kupeluk badannya yang padat berisi, dengan tangan kananku, kuraba buah dadanya yang menonjol. Aku memainkan jari-jariku di sekitar putingnya yang terasa menonjol kecil. Kurasakan badan Vivi menggeliat sedikit tapi kemudian diam kembali. Kulanjutkan lagi rabaanku ke daerah perut menuju rambut-rambut halus di sekitar kemaluannya.
Perlahan-lahan kuusap-usap rambut-rambuit itu, dan di balik rambutnya kuraba dan mainkan klitoris Vivi.
“Emm, ehh, Mas, uhh, Mas, ya itu di situ enak, terus ya,” kata Vivi tiba-tiba.
Tanpa terasa, batangku mulai mengeras lagi. Tidak pikir lama-lama langsung kutempelkan pinggulku ke pantat Vivi.
Terasa batang kemaluanku tepat di belahan pantat Vivi. Tanganku tetap kumainkan di daerah kemaluannya, dan aku bisa merasakan kemaluannya mulai basah. Segera kuarahkan ujung batangku ke lubang kemaluan Vivi.
“Aghh..” erang Vivi saat ujung batangku agak dengan paksa menusuk ke liang kemaluannya.
Kugenjot batang kemaluanku sampai akhirnya.. seks
“Akhh..” erang Vivi rupanya dia sudah sampai.
Vivi melepas batang kemaluanku dari lubang kemaluannya, dan memintaku untuk tidur terlentang. Lalu dengan perlahan lagi, dia naik ke atas badanku dan mulai memasukkan batang kemaluanku yang tadinya sudah hampir mencapai puncaknya. Vivi menghadap ke arahku, sehingga terlihat wajahnyayang cantik serta buah dadanya yang menonjol besar. Pinggul Vivi meliuk-liuk menimbulkan rasa enak dan ngilu di sepanjang dan ujung batang kemaluanku yang terjepit erat di antara kemaluan Vivi. Kuraih buah dada Vivi dan kuremas-remas.
“Ohh, yes, yes, yah terus Mas, oouhh enaknya, ya..” teriak Vivi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya secara membabi buta.