Masih dengan tidak sabarnya, dia membuat pahaku mengangkang, dan dia menusukkan 1 jaringa kedalam lobang memekku. Ughhhh aku mendesah pelan. Budi mencium bibirku, agar tidak keluar desahan yang lebih hebat saat dia mengocok keluar masuk jari nya didalam memekku. Aku terhentak agak keras dengan tangan bertumpu kebelakang saat Budi menusukkan dalam-dalam jarinya kedalam memekku, lalu dia menggoyang-goyangkannya didalam tanpa dia maju mundurkan. Siaaallll, itu tepat banget didaerah g-spotku. Ingin rasanya aku teriak menikmati kenikmatan itu. Tapi sayangnya gak bisa. Dengan sedikit kasar, Budi menarik tubuhku agar bisa mencium bibirku. Mungkin dia khawatir aku beneran teriak. Aku melepaskan ciumannya dan ngentod memohon untuk dia memasukkan kontolnya kedalam memekku.
“Masukin dong sayang, udah gak kuat.” Kataku dengan mata sayu menatapnya. Cahaya remang-remang yang masuk ke dapur dari ruang keluarga, membantu ku melihat kontolnya yang lumayan besar dan putih. Aku pegang kontolnya dan dengan perlahan mengarahkan ke memekku dengam posisi aku mengangkang lebar diatas meja dapur. Dan sekali lagi, blesssss… Kontol yang nikmat itu masuk kedalam memekku. Aghhh, shiitttt nikmatnyaaa… Budi membiarkan beberapa detik kontolnya didalam memekku. Lalu dengan ritme perlahan, dia menarik dan memasukkan kembali kontolnya kedalam memekku. Dengan tubuh menyender ke tembok dan kaki mengangkang lebar, aku bisa melihat kontolnya yang keluar masuk didalam memekku. Aghh, rasanya benar-benar nikmat. Sialnya aku gak bisa mendesah dan teriak. Dengan terus mengocok, Budi menciumi leherku, aku benar-benar nyerah kalau sudah diciumi bagian kuping dan leher. Tanpa lama-lama lagi, aku memeluknya erat dan sedikit menggigit pundaknya agar tidak teriak. Ya, saat itu aku orgasme. Orgasme yang sangat nikmat. Nafasku memburu. Terdengar pula nafas Budi ikut menjadi cepat. Dan genjotannya pun sangat menghentak-hentakkan tubuhku. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang didalam dekapanku. Ternyata dia orgasme lagi. Lama-lama tubuhnya melemah dan aku melepaskan pelukanku. “Kenapa?” Tanyaku. Budi tersenyum dan mencium keningku. “Enak, makasih ya teh.” Katanya. Aku ikut tersenyum. Kami berciuman sebentar.
Dan tanpa banyak bicara lagi, aku membereskan bajuku. Terburu-buru masuk ke kamar tidurku dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan memekku drei sisa-sisa spermanya. Sepertinya, Budi juga menuju kamar mandi tamu. Dia ga berani ke kamar mandi kamar yang dia tempati. Ahhahaaa mungkin takut membangunkan anak-anak yang sedang lelap tertidur.
Setelah malam itu, kami jadi semakin dekat dan sering ngentod. Dirumahku atau pun lebih bebas dirumahnya yang memang dia tempati sendirian. Bahkan kami pernah melakukan disiang bolong, ditempat umum. Ya tempat olah raga yang disana terdapat panggung kecil. Disisi panggung itulah aku menungging merasakan genjotan kontol nya yang benar-benar bikin aku ketagihan.