Wajahku langsung saja merah mendengar perkataan Ibu Rini,
“Iya Bu…” kataku lagi.
“Sekarang Kamu pilih disidang atau pacar Kamu..?” ancamnya.
Dia kemudian duduk di pangkuanku. Bibir kami berdua kemudian saling berpagutan. Ibu Rini yg agresif karena haus akan kehangatan dan aku yg menurut saja, langsung bereaksi ketika tubuh hangat Ibu Rini menekan ke dadaku. Aku bisa merasakan puting susu Ibu Rini yg mengeras. Lidah Ibu Rini menjelajahi mulutku, mencari lidahku untuk kemudian saling berpagutan bagai ular. Setelah puas, Ibu Rini kemudian berdiri di depanku yg dari tadi masih melongo, karena tidak percaya pada apa yg sedang terjadi. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yg polos tanpa sehelai bnenangpun seakan akan menantang untuk diberi kehangatan olehku.
“Lepaskan pakaiannmu Tonn..!”
Ibu Rini berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
“Ayooo.. cepat dong..! Aku udah nggak tahan nich.. ohhh..” Ibu Rini mendesah tdk sabar.
Aku kemudian berlutut di sampingnya. Aku bingung dan tdk tahu apa yg harus dilakukan, karena malu.
“Tonnn.. letakkan tanganmu di dadaku, ayo ohhh..!” pintanya lagi.
Dgn gemetar aku meletakkan tanganku di dada Ibu Rini yg turun naik. Tanganku kemudian dibimbing untuk meremas-remas buah dada Ibu Rini yg super montok itu.
“Oohhh… enakk.., ohhh… remas pelan- pelan, rasakan putingnya menegang..” desahnya.
Dgn semangat aku melakukan apa yg dia katakan. Lama-lama aku jadi tdk tahan, lalu,
“Ibu.. boleh Sy hisap susu Ibu..?” Ibu Rini tersenyum mendengar pertanyaanku, dia berkata sambil menunduk,
“Boleh Sayang… lakukan apa yg Kamu suka..” Tubuh Rini menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulutku yg sekarang mulai garang itu di susunya.
“Oohhh… jilat terus Tonnn..! Ohhh…” desah Ibu Rini sambil tangannya mendekap erat kepalaku ke buah dadanya.
Aku lama-lama semakin buas menjilati puting buah dadanya, mulutnya tanpa kusadari menimbulkan bunyi yg nyaring. Hisapanku semakin keras, bahkan tanpa kusadari, aku menggigit-gigit ringan putingnya yg ohhh.
“Emmm… nakal Kamu…” Ibu Rini tersenyum merasakan tingkahku yg semakin “Jozzz” itu. Lalu aku duduk di antara kedua kaki Ibu Rini yg telah terbuka lebar, sepertinya sudah siap tempur.
Ibu Rini kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangya.
“Ayo, sekarang Kamu rasakan meki ku..!” ia membimbing telunjukku memasuki liang senggamanya.
“Hangat, lembab, sempit sekali Bu…” kataku sambil mengucek kedalaman lubang kemaluanya.
“Sekarang jilat ‘kontol kecil’-ku..!” katanya.
Perlahan-lahan lidahku mulai menjilat klitoris yg mulai menyembul tinggi sekali itu.
“Terus.. ooohhh.. ya.. jilat.. jilat. Terus.. ohhh…” Ibu Rini menggerinjal-gerinjal keenakan ketika klitorisnya dijilat oleh mulutku yg mulai asyik dgn tugasnya.
“Gimana.., enak ya Bu..?” aku tersenyum sambil terus menjilat.
“Oohh.. Tonnn…” tubuh Ibu Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Lidahku semakin berani mempermainkan klitoris Ibu Rini yg makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yg semakin memburu pertanda pertahanan nya akan segera jebol. Dan aku akan unggul 1-0, ee… emangnya main bola. Lalu,
“Oooaaahhh… Tonnn..!” Tangan Ibu Rini mencengkeram pundakku yg kokoh bagaikan tembok raksasa di China, sementara tubuhnya menegang dan otot- otot kewanitaannya mulai menegang, dan muncratlah ‘lahar’Ibu Rini di mulutku.
Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yg telah kuberikan. porno
Hmmm… Kamu sungguh lihai Tonn… Sekarang coba gantian Kamu yg berbaring…” katanya. Aku menurut saja. Batang kejantananku segera menegang ketika merasakan tangan lembut Ibu Rini yg mulai mempermainkan senjata keperkasaanku.
“Wah.. wahh… besar sekali. Oh my god… Ohhh…” tangan Ibu Rini segera mengusap-usap batang keperkasaanku yg telah mengeras tersebut.
Segera saja benda besar dan panjang itu mulai berdenyut-denyut dan dimasukkan ke mulut Ibu Rini. Dia segera menjilati batang kemaluanku itu dgn penuh semangat. Kepala kejantananku itu dihisapnya keras-keras hingga aku jadi merintih keenakan.
“Ahhh… enakkeee.. rekkk..!” aku tanpa sadar menyodokkan pinggulku untuk semakin menekan senjata keperkasaanku agar makin ke dlm mulut Ibu Rini yg telah penuh oleh batang kejantananku.
Gerakanku makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Ibu Rini.
“Ooohhh Bu.. oohhh.. mulut Ibu memang sakti.. ohhh.. I’m coming… ohhh…” Muncratlah laharku di dlm mulut Ibu Rini yg segera menjilati cairan itu hingga tuntas..
“Hmmmm… agak asin rasanya Tonn punyamu.., tp enak kok…” Ibu Rini masih tetap menjilati kemaluanku yg masih tegak bagaikan tugu Monas di Jakarta, menara Piza di Italy, menara Eiffel di Paris.
“Sebentar ya.., Aku mau minum dulu..” katanya setelah selesai menjilati batang kejantananku.
Ketika Ibu Rini sedang membelakangiku sambil menenggak air putih dari kulkas. Aku melihat body yg wuih dan itu ohhh, pantat yg bulat. Aku memang suka pantat yg bulat dan menantang. Aku tdk tahan cuma melihat dari jauh, lalu aku berdiri dan berjalan menghampirinya, lalu mendekapnya dari belakang.
“Tonnn.. jangan nakal dong, biar Ibu minum dulu..!” katanya manja.
“Aku tdk tahan melihat pantat ibu yg menantang itu.” kataku tak sabaran.
“Kamu suka pantatku, kalau gitu Kamu tentu mau kalau nanti pantatku mendapat giliran untuk Kamu obok-obok, bagaimana Tonn..? Mau ngobok- ngobok pantat Ibu..?” tanyanya. Aku terima tantangannya.
“Ohhh.., memang benar- benar mantaapppp…” aku berkata sambil mengelus-elus pantat Ibu Rini.
Lalu aku jongkok agar dapat jelas melihat, kusentuh lembut pantat itu dgn tanganku. Terus kucium, kuelus lagi, kucium lagi terus kujilat, lalu kubuka belahan pantat itu. Ohhh.., terhampar pemandangan indah dgn bau yg khas, lubang yg sempit, lebih sempit dari yg di depan dan sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu yg lumayan lebat. Lalu kujulurkan jari telunjukku ke lubang yg sempit itu.
Waktu aku coba memasukkan jariku ke lubang itu, terdengar jeritan kecil Ibu Rini.
“Tonn.., jangan keras-keras ya, nanti sakit.. lho…” Lalu aku mulai memasukkan step by step.
Waktu jariku menembus lubang itu sepertinya tanganku mau disedot masuk ke dlm.
“Lubang Ibu nakal juga ya, masa jariku mau dimakan juga..?”
“Akhhh… Kamu nakal dech.., ohhh Tonn.. coba sekarang Kamu jilat ya..?” pintanya. porno
Lalu kutarik jariku dari dlm lubang itu, lalu aku mulai menjilati lubang itu ehhmm.., lumayan juga rasanya, asin-asin gurih. Sementara itu, Ibu Rini terdengar merintih keenakan. Lama-lama aku tdk sabar, dan terus kuberdiri dan tanpa basa-basi, aku langsung membalikkan badannya. Terus kulahap gundukan-gundukan daging di dada Ibu Rini dgn nikmat. Sementara itu, Ibu Rini mulai mendesah-desah dan menggelinjang. Kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam. Goyangan- goyangan lidahku yg terus menjilati puting susu Ibu Rini yg tinggi dan lancip begitu bertubi-tubi tanpa henti. Ibu Rini menggerinjal-gerinjal dgn keras.
“Aaaaggghhhh… oooohhh… ooooohhh…” desahan- desahan kenikmatan semakin banyak bermunculan dari mulut Ibu Rini.
Geliat- geliatan tubuhnya semakin menjadi-jadi karena merasa sensasi yg luar biasa akibat sentuhan-sentuhan mulut dan lidahku pada ujung syaraf sensitif di buah dadanya. Urat-urat membiru pun mulai menghiasi dgn jelas seluruh permukaan buah dada yg super montok itu. Masih dgn mulutku yg tetap berpetualang di dada Ibu Rini yg juga masih menggelinjang, aku membopong Ibu Rini ke kamar. Kujatuhkan tubuh Ibu Rini di atas kasur spring bed yg sangat empuk.