Dan, kemudian mereka nampak berbincang lagi, lalu kak Shelly membaringkan badanya. Terlentang. Kak Fitri menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh.
Kak Shelly kelihatan protes, tapi protes kak Shelly dibalas dengan lumatan bibir kak Fitri. Tubuh kak Fitri menindih tubuh kak Shelly. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun.
Saling menyentuh, Kak Fitri kini yang bertindak aktif, ia kini menjilati leher, pangkal leher, bahu, dada, payudara kanan dan kiri. Kak Shelly nampak pasrah diperlakukan seperti itu. Kak Fitri nampak lebih terampil dari kak Shelly, hampir setiap inci tubuh kak Shelly dijilati dan dikecupnya. Bahkan kini ia menelusuri pangkal paha kak Shelly dari arah perut dan terus bergerak ke awah.
Kak Shelly hendak bangun, kedua tanganya seolah menahan kepala kak Shelly yang terus bergerak ke bawah, entah mungkin karena geli atau nikmat yang teramat sangat. Tapi tangan kak Fitri menahanya, akhirnya kak Shelly menyerah. Dihempaskannya tubuhnya ke atas spring bad.
Kak Fitri kini menciumi paha, lutut, bahkan telapak kaki kak Shelly. Tangan kanan kak Shelly mengusap-usap kemaluannya, sementara jari-jari tangan kirinya dimasukan kedalam mulutnya sendiri. Ia mengeliat-geliat.
Tubuh kak Fitri kemudian berubah lagi. Ia kini telah siap berada diantara paha kak Shelly. Kak Fitri menarik bantal dan meletakannya, dibawah pinggul kak Shelly, sehingga tubuh bagian bawah kak Shelly makin terangkat. Kepala kak Shelly terjepit persis diantara selangkangan kak Shelly.
Sebelah tangannya meremas-remas payudara kak Shelly. Aku lihat tubuh kak Shelly mengelinjang-gelinjang. Tak sadar aku turut merintih. Semakin kak Shelly menggelinjang, nafasku semakin memburu. Tubuhku kini mendekap dan mengesek-gesek bantal guling, dan batang kemaluanku menggesek-gesek ujungnya.
Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Shelly dan kak Fitri.
“Kak Shellyii… kak Fitri……, ini Eric… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, aku merintih dan terus merintih.
Semakin lama kak Shelly kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Fitri.
Semakin lama gerakan kak Shelly semakin liar, lalu pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!!
Aku terengah-engah, dalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, aku teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri dalam kegelapan. Aku yakin disana kak Shelly dan kak Fitri pun tengah merintih dan mendesah, juga dalam kegelapan…….
Dor ! Dor ! Dor !
“Eric… bangun, udah siang !“, suara ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya sudah siang.
“Bangun…!”, suara kak Shelly kembali terdengar.
“Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar langkah kaki kak Shelly menjauh dari pintu kamarku.
Ya ampun ! aku terkaget. Berantakan sekali tempat tidurku. Dan bantal guling…, bergegas aku buka sarungnya. Wah nembus !
Dengan terburu-buru kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi.
Kalau tidak khawatir mendengar kembali teriakan kak Shelly yang menyuruh sarapan mungkin aku memilih untuk tidur lagi. Akhirnya aku keluar kamar, mengambil handuk, dan bergegas kekamar mandi.
Didekat ruang makan aku berpapasan dengan kak Shelly yang membawa nasi goreng dari dapur. Namun bukan itu yang menarik perhatianku. Rambut lepek kak Shelly yang belum kering benar jelas terlihat.
Aku teringat kejadian tadi malam. “abis keramas nih yee !”, kataku dalam hati.
“Apa senyam-senyum gitu ?”, kak Shelly menatapku heran.
“Enggak …! Siapa… lagi yang senyam-senyum.
Mmm enak !”, kataku sambil menyuap sesendok nasi goreng hangat.
“Mandi dulu sana, dasar jorok !”, kata kak Shelly sambil meletakan piring yang dipegangnya.
“Jorokan juga kak Shelly, gituan dijilatin hiiii….”, kataku dalam hati, tapi kemudian bergegas mandi, eh keramas juga !
Segar sehabis mandi, hampir aku balik lagi ketika menyadari dimeja makan Kak Shelly tengah sarapan ditemani kak Fitri.
“Ikutan Indonesian Idol dong Ric !, jangan cuma berani nyanyi dikamar mandi aja !”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Fitri.
Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah ! tapi matanya itu ! aku merasakan keliaran dimatanya ketika menatapku yang hanya terbungkus handuk sepinggang.
“Eh, maaf kirain gak ada kak Fitri, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu.
Buru-buru aku ganti baju, menyisir rambut.
Ah kenapa aku ingin nampak keren. Karena ada kak Fitri yang cantik kali ya ? Pandang dari kiri dan kanan. Sip ! Turun kembali ke lantai bawah, menikmati dua wajah cantik, dan sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.
“Nih buruan, sarapan dulu !”, kak Shelly yang kemudian menyuruhku sarapan, sementara mereka sendiri telah selesai.
Aku lalu sarapan dengan diawasi oleh dua mahluk cantik yang tidak buru-buru beranjak dari meja makan. Mereka berbincang ngalor ngidul seputar dunia kerja. Sesekali aku menimpali meskipun mungkin enggak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini masih aja ngurusin kerjaan !”, aku membatin.
“Tumben dihabisin ?”, kata kak Shelly melihat aku makan dengan lahap.
“Abis enak sih !”,
“Biasanya, dia tuh ! susah makannya, di masakin ini-itu…!”,
“Bohong kak ! jangan dengerin !”, kataku menimpali ucapan kak Shelly
“Alah… emang biasanya gitu kok !”, kak Shelly memotong ucapanku. Kak Fitri hanya tersenyum aja. Manis lagi senyumnya.
Mmmuah ! ingin rasanya kusentuh bibirnya itu.
Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Shelly dan kak Fitri. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Shelly. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya.
Aku merasa bersalah karena kemudian khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Shelly. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Shelly. Aku ingin merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap setiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!!
Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Shelly membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang.
Bahkan entah berapa kali ketika kak Shelly tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Shelly menjadi objek fantasiku.
Dan makin lama aku makin berani, hingga aku melakukan self service, di kamar kak Shelly, ketika tidak ada kak Shelly tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Shelly kugenggam erat.
Aku terlentang diatas spring bad kak Shelly. Isi lotion telah kukeluarkan sehingga melumuri kemaluanku yang mengacung. Kuurut perlahan, menikmati sensasi yang membuai, sambil sesekali aku menciumi celana dalam pink kak Shelly. Aku benar-benar hanyut dan terbuai dalam kenikmatan. Sehingga aku tak begitu menghiraukan ketika ada suara-suara didepan rumah. Ah… kak Shelly biasanya pulang jam 6.30, sekarang
baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..
Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….
Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Shelly Pulang !!!
Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !
Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar…
“Eric…! Ngapain kamu ?”, mata kak Shelly menatapku tajam.
“ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat.
Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang hanya mengenakan training. Napasku tercekat manakala menyadari tatapan kak Shelly ke atas tempat tidur, celana dalam ka Shelly, langerie kak Shelly, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan!
Kak Shelly menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Shelly pastinya dapat menebak kelakuanku.
“Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Shelly tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar.
Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.
Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Shelly !
“Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding.
“Bodoh, bodoh !”, aku mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh ketakutan aku bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman.
Lalu aku kabur…ketempat kost temanku.
Tiga hari aku aku tak pulang, temanku sampai terheran-heran dengan kelakuanku. Tapi aku simpan rapat-rapat masalah yang sebenarnya. Aku hanya bilang lagi berantem sama kakaku.
Tadinya aku kebingungan juga kelamaan tidak pulang, mau pulang juga rasanya bagaimana. Namun sebuah telpon dari kak Shelly membuat semuanya lebih baik,
“Eric kamu kemana aja ? kamu dimana ?”, terdengar suara kak Shelly di HP ku, datar. “mm ng… dirumah temen kak ?”, kataku sedikit bergetar.
“Pulang…nanti kalo mamah nanya gimana ?”, suara kak Shelly masih terdengar datar.
Tapi setidaknya hal itu membuatku sedikit lega. “Iya kak !”, lalu tak terdengar lagi suara kak Shelly. Aku tertegun beberapa saat, namun kemudian aku memutuskan untuk pulang.
Tiba dirumah, tatapan kak Shelly menyambutku. Aku tak berani menatap wajahnya. “kamu kemana aja ?”, suara kak Shelly masih terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak !”,
“Makan dulu…tuh kakak udah masak !”, terdengar suara kak Shelly dari ruang tengah. “Iya kak !”, bergegas aku ke meja makan. Melahap makanan yang tersedia dimeja makan, emang gua laperrrr !
Besoknya, suasana masih terasa amat hambar.
Kak Shelly tak mengucap sepatah katapun. Ia membuang muka ketika berpapasan dengan aku yang bermaksud ke kamar mandi. Selesai mandi, ganti baju, kembali keruang makan. Aku dan kak Shelly sarapan seperti biasanya, tapi rasanya suasana betul-betul mencekam.
Kak Shelly nampak buru-buru menyelesaikan sarapannya. Akupun bergegas menghabiskan sisa makananku.
“Kak, maafin Eric yah !”, kataku sambil meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.
Kak Shelly tak bersuara, tapi matanya menatapku, penuh keheranan dan tanda tanya, atau mungkin tatapan apa itu artinya.
Entahlah Beberapa hari kemudian setelah situasi dirumah mulai terasa normal, malam itu kak Shelly diruang tengah nonton TV atau mungkin membaca majalah. Entahlah atau bisa kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan tapi ia asyik membaca majalah sambil telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Aku kemudian duduk disofa, tepat dibelakangnya. Rasanya badanku gemetar menyaksikan pandangan dihadapanku. Sittttt !!!! Pikiran gilaku melintas lagi.
Pantat kak Shelly yang hanya dilapisi selembar baju tidur tipis begitu indah terlihat. Garis celana dalam yang dikenakanya nampak menggurat. Betisnya itu, alamak. Aku tak tahan ingin mengecapnya dengan lidahku. Dan…
“Bikin minum dong, haus nih…!”, Kak Shelly membalikan badannya, dan melihat kearahku yang tengah menikmati bagian belakang tubuhnya.
“Orange, atau susu ?”, tanpa sadar aku melirik kearah dadanya.
Kak Shelly merasakan pandangan mataku, ia membetulkan leher bajunya.
“Susu deh ! tapi jangan penuh-penuh yah !”,
“Ok !”, lalu aku pergi ke ruang sebelah. Seperti kebiasaannya kalau bikin susu ia pasti hanya minta setengah gelas. sexy
“Takut gak abis”, katanya !
“Nih kak !”, kataku sambil meletakkan gelas susu disebelah kanan. Lalu aku bergerak kesebelah kiri kak Shelly. Kak Shelly segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. Aku sendiri meraih majalah yang tengah dibaca Kak Shelly.
“Ih apaan nih, sini ! orang lagi dibaca juga !”, kak Shelly berusaha meraih majalahnya kembali. Akhirnya kulepaskan. Aku mengambil remote TV. Sambil tengkurap disamping kak Shelly, aku memindah-mindah chanel.
“Kebiasaan Eric mah, pindah-pindah terus, balikin TransTV !”, katanya sambil berusaha meraih remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.
Lalu aku memiringkan badan, sekarang aku menghadap kearah kak Shelly. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali.
Lalu aku mutup kedua mataku rapat-rapat.
“Kak mau tanya, boleh ?”, kataku sambil tetap memejamkan mata.
“Tanya apa sih !”, ia menjawab tanpa menoleh.
“ng…mmmm kenapa Eric akhir-akhir jadi aneh yah ?”,
“Maksudnya apa ?”,
“Tapi kak Shelly jangan marah yah !”,
“Akhir-akhir ini, Eric sering error. Pikiranya yang begituuu.. aja.
Gak siang gak malem, pusing deh !”,
“Mikirin apa sih ?”,
“Ah… kak Shelly ini. Maksud Eric… mmm jangan marah yah. Rasanya Eric gampang terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan nampak diwajah kak Shelly. Lalu ia menghela nafas panjang.
“Kebanyakan nonton film jelek kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar jelek kayak gitu !”,
“Bisa juga sih…, kalau masturbasi bahaya enggak sih kak?”, aku kembali melontarkan pertanyaan yang mengagetkannya.
”Apaan sih gituan di tanya-tanyain ?!”, nampak kak Shelly agak gusar menimpali pertanyaanku.
“Kalau kata temen Eric sih, mendingan masturbasi daripada main sama cewek nakal, bisa penyakitan !”,
Tak terdengar komentar. Waduh aku kehabisan kata-kata.
“Sebenarnya gara-gara kak Shelly sih !”, dan aku menunggu. Benar saja, kak Shelly bereaksi. Ia menatapku penuh tanya.
“Menurut sebuah survai, 60 % wanita lajang melakukan masturbasi, bener kan ?”, aku kembali melontarkan pukulan kata-kata.
“Kata siapa kamu ?”,
“Kata koran dannnnn… lubang kunci !”,
“Maksud Eric apa sih…? Kakak jadi pusing !”,
“Eric tahu rahasia kak Shelly !”,
“Rahasia apa ?”,
“Kak Shelly suka menggeliat-geliat ditempat tidur tanpa pakaian dan memeluk bantal guling !”, akhirnya. Mata Kak Shelly membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa marah dan malu, tapi ia berusaha menutupinya. sexy
“Kamu ngintip ?”,
“Gak sengaja sih…!”, kubenamkan mukaku dipermadani sambil menunggu efek selanjutnya.
“Tapi tenang aja. Rahasia kak Shelly aman kok ditangan Eric.
Dan rahasia Eric ada ditangan kak Shelly.
Sama-sama aman ok ?!”, Kak Shelly tak bersuara. Benar-benar terdiam. Ia malah membolak-balikan halaman majalah.
“Meskipun ada satu rahasia lagi !”, tampak wajah kak Shelly kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang kini juga menatapnya.
“Kak Fitri… !”, kataku. Kak Shelly benar-benar terhenyak. Ia bangkit hingga terduduk. Aku membalikan badan, terlentang disamping kak Shelly.
“Tenang aja. Eric gak akan membocorkannya ke siapa-siapa kok !”,
“Eric tahu semuanya ?”, kata kak Shelly tiba-tiba.