Tidak terasa penisku mulai berdenyut dan bereaksi mengikuti irama lamunanku.
“Hati-hati Pak..! Kok nyetirnya sambil melamun..” katanya menyadarkanku dari lamunanku.
“Uups..,” aku menghindar dan kurem secara mendadak saat kulihat kerbau yang melintas di tengah jalan yang kulalui.
“Uh.., untung ada Sum, coba kalau tidak.. wah.. bisa konyol kita ya..? Sum kamu nggak usah panggil Pak kepada saya, panggil saja Mas Budi..”
“Iya Pak.., eh Mas..” awalnya Sum masih canggung untuk memanggil Mas kepadaku, namun lama-kelamaan dia mulai terbiasa, walaupun sifat pemalunya masih saja kental dalam dirinya, tetapi itu justru yang menimbulkan gairahku semakin meninggi.
“Sabar.. sabar..” kataku pada diriku sendiri, aku harus memulainya dengan perlahan-lahan, jangan sampai seluruh rencanaku hancur karena terlalu terburu-buru, dan aku sudah bertekad untuk menikmati hidup ini secara perlahan-lahan.
Sesampainya di rumah kontrakanku, aku menunjukkan kamar Sum di bagian tengah, karena rumah kontrakan-ku memang hanya terdiri dari 3 kamar. Yang di depan kupakai sebagai ruang kerjaku, yang satu lagi kupakai untuk ruang tidurku. Ruang tidurku dan ruang tidur Sum dipisahkan dengan kamar mandi.
Pada saat aku mengontrak rumah ini, aku sudah merombak bagian ruang tidurku, kutempatkan lemari gantung yang bila kubuka pintunya, aku dapat melihat ke kamar mandi dengan bebas, karena aku menempatkan one way mirror berukuran 1 x 1.2 meter di dalamnya.
“Nanti saja kamu mandinya Sum, tunggu saya, saya akan keluar sebentar, kamu beres-beres rumah saja, tolong sapu dan bersihkan rumah sepeninggal saya, kamu lihat sendiri banyak debu yang harus dibersihkan.” pesan saya padanya.
“Baik Mas..” katanya lembut.
Dan Sum tanpa canggung sudah melakukan tugas yang kuberikan dengan mengambil sapu di belakang. Kupacu mobilku menuju Departemen store di kotaku, lalu aku mulai sibuk memilih beberapa t-shirt Nevada yang ketat dengan bahan yang agak tipis, beberapa celana dalam yang bentuknya seksi, 2 potong handuk berukuran sedang, serta rok pendek yang kuperkirakan hanya sebatas paha bila dikenakan oleh Sum.
Dalam perjalan pulang, aku sudah membayangkan betapa nikmatnya memandangi tubuh Sum yang dibalut dengan t-shirt tanpa BH, serta rok pendek yang dikenakan, hmm.., tidaklupa aku membelikan sabun mandi Pquito untuknya, agar tubuhnya harum. Sengaja aku tidak membelikan BH satupun untuk dirinya, karena memang aku bermaksud agar Sum tidak memakainya sepanjang hari.
Setibanya aku di rumah, kulihat Sum sedang membersihkan kaca jendela depan rumah.
“Wah.., kamu rajin sekali Sum, terima kasih, tidak salah aku memilihmu.” sapaku padanya.
“Ah Mas bisa saja, ini biasa saya lakukan kalau saya ada di rumah.” katanya sambil terus melakukan pekerjaannya tanpa memperhatikanku.
Aku masuk ke kamar Sum, dan mulai aku membongkar tasnya. Seperti dugaanku, Sum hanya membawa 2 potong rok terusan dan 1 buah kutang kecil serta 2 buah celana dalam yang terbuat dari bahan murahan. Kuambil seluruhnya dan kubungkus dengan tas plastik, lalu kusembunyikan di lemari ruang tidurku.
“Sum.. kalau kamu sudah selesai membersihkan kaca jendela, mandi dulu, kemudian siapkan makanan yang kubeli tadi.” kataku setelah menyusun rencanaku.
“Iya Mas..” sahutnya sambil tetap membersihkan kaca jendela yang tinggal sedikit lagi.
Sesaat kemudian Sum masuk ke kamarnya, dan tampaknya dia bingung mendapatkan tasnya kosong, lalu memanggil diriku sambil membawa t-shirt, rok pendek, celana dalam yang sexydan handuk.
“Mas.. Baju Sum kemana..?” tanyanya.
“Oh.. bajumu itu tidak baik untuk dipakai di kota, Mas akan malu kalau nanti ada teman-teman Mas kesini.., jadi Sum pakai saja baju yang sudah Mas belikan untukmu ya..?”
“Tapi..?” nampaknya Sum ragu-ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
“Tapi apa Sum..?”
“Kutangnya mana..?”
“Wah Sum.. kamu kan masih kecil.., tidak perlu kamu menggunakan kutang itu, kutang itu pun sudah jelek sekali, dan itu akan menghalangi pertumbuhan buah dadamu.., sudahlah kamu pakai saja kaos yang kubelikan tadi.” kataku mencoba menjelaskan.
“Tapi Sum malu Mas.., nanti akan kelihatan..” jawabnya malu.
“Iya tidak Sum, justru akan kelihatan indah sekali kalau tubuhmu hanya dibalut dengan kaos yang kubelikan, percayalah..! Coba saja ya..? Dan kamu ganti baju yang sekarang kamu pakai, mungkin sudah bau keringat.”
Akhirnya walau dengan berat hati, Sum masuk ke kamar mandi dengan membawa t-shirt serta rok pendeknya. Tidak lupa aku menjelaskan kepada Sum bagaimana caranya menggunakan shower dan bermandi dengan air hangat, karena memang kamar mandiku tidak memakai bak mandi. Setelah dia mengerti, aku tinggalkan dirinya.
Begitu Sum masuk kamar mandi, bergegas aku pun masuk kamar tidurku untuk siap-siap melihat pemandangan yang menggairahkan. Kubuka bajuku sehingga aku telanjang bulat, dan aku mulai membuka lemari gantungku. Dan pemandangan di depan mataku membuatku terpana, jantungku berdebar-debar saat Sum mulai membuka rok terusannya, sehingga dia hanya memakai kutang kecil dan celana dalam murahan.
Libidoku mulai menaik, aku terangsang dengan pemandangan di hadapanku. Sesaat kemudian Sum membungkuk untuk membuka celana dalamnya, dan aku melengguh ketika Sum akhirnya membuka kutang kecilnya, dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun.
Kulihat tubuh Sum begitu padat berisi, tubuh seorang gadis yang baru tumbuh, buah dadanya masih belum menonjol betul, hanya segenggam telapak tangan saja. Seperti bayanganku, puting susunya masih belum begitu besar, berwarna merah muda kontras dengan warna kulit tubuhnya yang kuning langsat, namun itu justru sangat menggairahkan diriku.
Perutnya rata, namun saat kulihat di bagian bawah perutnya, ugh.., nampak bagian itu agak menonjol keluar, agak gemuk sedikit. Dan yang membuatku semakin berdebar dan bernafsu, kemaluan Sum belum lagi ditumbuhi oleh bulu, masih mulus, hanya ada beberapa lembar bulu, itu pun masih bulu yang halus. sexy
Pemandangan di depan mataku membuatku semakin melambung tinggi dalam nafsuku, tanganku mulaimemainkan penisku yang sudah berdenyut-denyut dan bereaksi sejak tadi. Secara perlahan aku mulai mengocok penisku dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku mulai membelai-belai sekujur tubuhku mulai dari perut dan berakhir di puting susuku.
Aku semakin menggelinjang saat jari jemariku memainkan puting susuku, sensasi yang luar biasa mulai menerpaku. Tidak puas dengan keadaan itu, aku mengambil penis karet dari lemari bajuku yang berukuran tidak terlalu besar yang kubeli saat aku pergi ke luar negeri.