Cerita Sex Menikmati Tubuh Buruh Pabrik Yang Cantik Dan Montok part 2

Malam itu kita hanya ngobrol saja sampai jam delapan malam, dari obrolan itu kutahu kalau Wati sudah hampir setahun bekerja, pernah kuliah D-1 bagian Sekretaris dan sekarang bekerja di bagian administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Wati sudah punya pacar di kampungnya, namun orangtuanya kurang setuju.

“Jangan kapok main ya Mas,” kata Wati berharap.
“Justru aku yang berharap boleh main kesini lagi kalau kamu nggak keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berjalan pulang kuberikan kartu namaku.
“Kalau ada apa-apa telpon aja,” kataku sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Wati kelihatan malu dan tertunduk.
“Daah” aku pamitan dan Wati mengantarkan aku sampai ke tempat parkir.

Setelah perkenalan itu, kurang lebih dua bulan, kami hanya bersahabat saja, bahkan Wati menyatakan kekaguman karena aku nggak pernah bertindak tidak sopan, meski kami sering pulang sampai jam 10 malam, paling hanya berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dia mulai sayang, meski sudah kuceritakan bahwa aku sudah beristri dan punya seorang anak. Hingga suatu hari, aku masih ingat itu hari Rabu, dia menelpon ke HP-ku,

“Mas, aku pengen ngobrol bisa nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Wati di telepon.
“Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku.
“Yah pokoknya nanti aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya, sampai nanti di tempat biasanya,” Wati menutup telponnya.

Tepat jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat dari kejauhan Wati sudah menunggu dan sedikit melambaikan tangan kegirangan. Wati masuk ke mobilku dan tersenyum.

“Mas, kita jangan pulang dulu ya, aku pengen cerita banyak dan menenangkan hatiku,” kata Wati sambil menatapku.
“Oke, kita jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kita bisa berendam air panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir ada kolam renang yang memang cukup nyaman untuk berendam di malam hari.
“Oke, kayaknya asyik juga tuh,” Kata Wati mengiyakan.

Aku menelepon ke rumah, dan bilang ada pekerjaan di kantor yang harus diselesaikan, kalau ada apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku sudah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku.

“Kamu ada masalah apa, kok kelihatan kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Wati.
“Nggak tahu kenapa aku pengen cerita masalahku ke Mas, kayaknya aku tenang kalau udah ada di sampingmu Mas,” kata Wati sambil memegang lenganku.

Posisi mobilku memang agak susah untuk berdekatan, hingga akhirnya Wati hanya bisa memegang lenganku saja. Sambil sedikit berkaca-kaca, Wati menceritakan bahwa pacarnya di kampung sudah memutuskan hubungan dengannya. Selama di perjalanan aku banyak kasih nasehat dan pengertian kepadanya, dan diapun kelihatan lebih tenang. Sampai di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku.

“Kita makan dulu yuk,” ajakku.

Berhubung tempat parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan baru kali ini Wati berani berjalan disampingku sambil memeluk pinggangku, akupun akhirnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya sambil menuju ke tempat makan.

Menuju ke Ciater, diperjalanan Wati memandangku terus dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku, aku agak gugup namun menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan halusnya. Wah mau nggak mau banyaknya rangsangan selama perjalanan mulai mempengaruhi adrenalinku juga. Dan sesampai di Ciater ternyata suasananya hujan agak deras, jam sudah menunjukkan jam delapan malam, berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang juga sudah telanjur, akhirnya kutawarkan ke Wati. ngentot

“Gimana kalau kita berendamnya di kamar aja?”
Aku agak khawatir dia keberatan, tapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Wati.

Di front room hotel, aku booking satu kamar yang ada bathtub buat berendam air panas, didepan meja frontroom Wati masih memeluk pinggangku, kali ini terasa kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan ini mau nggak mau berpengaruh pada otot pejal didalam celana dalamku.

Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget setelah hujan, hingga perjalanan menuju ke kamarpun harus perlahan, petugas hotel sudah menunggu di depan kamar dan membukakan pintu kamar.

“Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yang dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri.
“Sementara belum Mas, nanti saja kalau perlu saya telpon dari kamar,” kataku sambil memberi sedikit tips buat petugas hotel.

Wati masuk ke kamar dan aku masih duduk di ruang TV, sambil mencari-cari chanel yang bagus, sambil melepas penat dua jam lebih di belakang kemudi. Tiba-tiba Wati keluar dari kamar, alamak Wati sudah berganti baju dengan celana pendek pink ketat dan kaos senam ketat putih polos pendek hingga kelihatan pusarnya, kulihat bayangan puting payudaranya yang kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus menantang, sementara pantatnya yang bahenol tercetak ketat di celananya dan dadanya benar-benar montok menantang.

“Ayo Mas, katanya mau berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Wati sambil duduk disampingku.
“Oke, tapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil membuka baju kerjaku, aku yang sudah tidak kuat melihat pemandangan yang memancing birahi itu.
“Mas, badanmu kekar juga ya, “kata Wati sambil memeluk lenganku dari samping, terasa payudara montoknya melekat erat di lenganku.

Perlahan kuusap paha putih Wati dan tiba-tiba Wati berdiri dan duduk di pangkuanku, akhirnya tubuh montok itu kupeluk sambil kuangkat kakinya kuletakkan pahanya yang putih, mulus dan hangat itu diatas pangkuanku. Perlahan Wati menatap mataku, kemudian memelukku erat sekali, terasa sekali kekenyalan payudara montoknya, meski terhalang kaos tipis yang dipakainya, cukup lama Wati menyembunyikan wajahnya di bahuku, kemudian dia berkata lirih.

“Mas, aku sayang kamu, aku takut kehilangan kamu Mas,” kubelai perlahan rambutnya, kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Wati, dalam hitungan detik, bibir kami saling melumat pertama agak perlahan, sambil kunikmati kelembutan bibirnya, cukup lama kami beratraksi dengan bibir kami dan makin lama pagutan dan ciumannya makin buas, dan kamipun saling melumat bibir.

Perlahan ciuman kami agak melemah, lembut kuciumi lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara, tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan kencang, sementara tangan kiriku pelahan mengangkat kaos ketatnya. Wati menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil mengangkat tangannya, dan segera kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan payudara seorang wanita yang kulihat didepanku, kulitnya yang putih bersih tanpa cacat, ditambah sepasang payudara yang montok, padat dan menantang, perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu, dan perlahan kuusap putingnya yang menonjol keras kecoklatan, mungkin dia sudah terangsang.

“Mas, pantatku kayak ada yang mengganjal nih, dibuka celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Wati. ngentot

Aku berdiri dan Wati membuka reslutingku, melepas ikat pinggangku dan menurunkan celanaku.

“Apa itu Mas?” kata Wati sambil menutup matanya dengan jari yang masih terbuka.

Otot pejalku yang sudah membesar dan mengeras sekali, tercetak jelas pada celana pendek katun yang ketat, perlahan kutarik tangan Wati, kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras dari luar celana pendekku, perlahan dan lama-lama Wati berinisiatif meremas kontolku dari luar celana pendekku.

Kubiarkan Wati mengelus dengan jemarinya dan sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dia mulai menikmati mainan barunya, sementara kunikmati aliran kenikmatan, sambil kulihat ekspresinya.

“Gimana Ti?” kataku sambil menatap matanya.
“Mas, aku belum pernah melakukan seperti ini, tadinya malu sekali aku melihatnya, ternyata kemaluan cowok bisa segede ini ya?” katanya sambil tersipu.
“Kalau kamu mau, kamu boleh buka celanaku” kataku.

Perlahan tangan halus itu menurunkan celana pendekku dan tiba-tiba kontolku yang sudah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas, Wati menatap tak berkedip melihat kemaluanku, pelan jarinya mengelus batangku yang tegang seperti kayu, urat-urat yang menonjol dia telusuri perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah bagian belakang ditelusurinya perlahan, kontolku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelirku, sungguh kenikmatan yang luar biasa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *