ya ampun, iye ye, gw lupa, barusan kebawa ma gue, duh musti balik nih gw, capek gw nech, baru aje muter keliling” dengan lemas blast somad berusaha bangkit dari bangku panjang yang baru saja didudukinya, kemudian entah ide darimana, tiba-tiba ia menengok ke arah buluk dan berkata “Luk, loa aja gidah, anterin konci ke bini gw sono, buruan !” sambil merogoh saku celananya dan mencari kunci yang mungkin tersimpan disana.
Buluk memandangnya sejenak, ada rasa segan memang kulihat buluk menolak permintaan somad, namun kemudian ia melengos dan berkata, “Jah, Bang, gw juga baru dateng, yang laen ngapah yang disuruh, perasaan gue mulu disuruh-suruh !” dengan mimik muka memelas ia memandang wajah blast somad. Tertawa kami semua melihatnya.
“Ya elo mah, kan emang hidup buat disuruh-suruh luk, nah elu aje tiap hari, kerjaanlu disuruh buang sampah warga “ katanya sambil nyengir dan menyodorkan kunci ketangan si buluk.
Tiba-tiba si bram bangkit dari duduknya, menghampiri blast somad dan berkata, “Sini Bang, biarin aye aje, sekalian nech, pegel dari tadi kagak narik-narik, mo balik dulu, ngambil duit” sambil menengadahkan tangan meminta kunci dari tangannya. Blast somad memandang bram sejenak kemudian menyerahkan kunci yang berada ditangannya. Bram mengambil kunci itu setelah itu memalingkan wajahnya dan memandangku “Pen, loe ikut gw nyok, bentaran temenin gw, ntar kesini lagi “ aku memandang bram, kemudian memandang kesemua wajah yang ada seolah meminta persetujuan. “Lah ntar yang maen kurang dong” kataku seakan keberatan diminta ikut dengannya, padahal sepertinya kartuku lagi bagus-bagus datangnya, sayang kalo dilewatkan.
“Udah gapapa, loa kasih blast Somad aja noh suruh megangin kartuloe” berkata Bram sambil menegok ke arah blast somad duduk. Blast somad nyengir memandang kami berdua “Lah, gw mo maen darimana, orang gw lagi gak punya duit”, katanya. “Nih blast gw pinjemin goceng, tapi ntar pulangin ye ?” sambil menarikku berdiri, namun ketika aku berdiri, diambilnya uang sepuluh ribuan dari tanganku, “Nih bang, dimodalin ma pendi ceban, dipinjemin” katanya sambil menyodorkan uang tersebut.
Duh sialan nih anak, udah maksa gue ikut, malah ngorbanin duit gw, gerutuku dalam hati. “Tenang Pen, loe ikut gw bentar, temenin gw ngambil duit, sekalian ke rumah gw bantuin ngambil makanan, banyak sisa makanan noh dirumah, bekas pengajian ibu-ibu tadi, yuk “ berkata ia padaku sambil mengedip-ngedipkan matanya, seolah berkata kepadaku untuk tidak banyak tanya dan menuruti ajakannya. Akhirnya kami berdua beranjak pergi, blast somad bermain menggantikan kami, dengan diiringin tatapan wajah penuh tanya dari mereka semua, seakan hendak mengetahui kemana kami pergi, menghilang ke arah kegelapan gang-gang sudut pemukiman.
Cerita Sex Nakal Ku Kentot Memek Pacar Temanku – Aku mengikuti langkah IIm, sesekali menundukkan kepala, memastikan agar langkah kakiku tidak terperosok, atau menginjak diatas tanah yang becek dan lembab. “Pen, loe ikutin gw aje ye, diem jangan banyak ngomong” katanya kepadaku ketika timbul keheranannku melihatnya berbelok berlawanan arah dengan arah rumahnya. Aku, Fandi, memang telah cukup absolutist tinggal di daerah sini, aku ingat ketika usiaku baru saja menginjak 5 tahun, bapakku mengajak pindah keluarga kami disini.
Berarti saat ini kami telah tinggal didaerah ini cukup lama, hampir 15 tahun, karena dilingkungan ini, yang notabene dihuni hampir oleh mayoritas penduduk asli betawi sini, hingga logat dan gaya bicarakupun seakan terbawa oleh mereka, malah kadang banyak yang menyangka aku adalah juga asli sini, apalagi panggilan namaku seakan diubah yang tadinya Fandi diplesetkan menjadi Pendi. Aku hampir mengenal seluruh sudut pemukiman ini, mengenal bentuk dan isi penghuni seluruh rumah ini, jadi apabila aku disuruh menutup mata, dan dilepas dimanapun, aku akan bisa kembali pulang, hehehe.
Hampir saja badanku menabrak badan Bram, ketika aku menunduk untuk mengamankan gerak langkah kakiku, bram yang posisinya berada didepanku, berhenti mendadak. Ditengah assemblage yang sempit dan gelap itu. Dia berbalik ke arahku, mengangkat jari telunjuk tangan kanannya, menempelkannya dibibir, “Ssst..” menyuruhku diam. Aku memandang wajahnya, berusaha memahami apa yang terjadi, namun tak sempat aku bertanya ia menyuruhku untuk memasang telinga baik-baik.
Kudengar seperti ada suara desahan dan rintihan entah darimana datangnya, suara itu seperti orang yang sedang menangis, atau entahlah, ia menunjuk ke atas, ke arah lobang jendela rumah dikanan sambil memegang dinding rumah itu. Assemblage yang kami lalui ini mungkin hanya selebar setengah meter, sehingga bila kami meregangkan tangan, tidak sepenuhnya melebar sudah tersentuh dinding kiri kanannya.
Kuperhatikan bram, nampaknya ia sudah hapal betul dengan situasi ini, ia menempelkan tangannya dikedua dinding kiri kanan rumah, kemudian ia mengangkat kakinya, juga menempelkannya dikiri kanan dinding, dan layaknya seperti spiderman ia memanjat dinding yang tak berplester itu dengan mudahnya.
Melongok kedalam jendela yang tidak begitu tinggi, mengintip dari celah tirai yang terbuka sedikit dan melongok kedalam kamar rumah itu. Dengan ragu aku melihatnya, memandang keatas, Bram menundukkan kepala menyuruhku untuk naik.
Aku mengikutinya, melakukan seperti yang dilakukannya, mengregangkan kaki memanjat naik kedua dinding itu. Kulongokkan kepalaku, mengintip dari celah tirai yang terbuka sedikit, kulihat disana dibalik kaca jendela ini tampak 2 sosok tubuh manusia sedang bersetubuh.
Cerita Sex Nakal Ku Kentot Memek Pacar Temanku – Bergetar aku menyaksikan tontonan ini, deg-degan aku menyaksikannya, aku tahu ini adalah rumah Mas Tono dan Mpok Ella, mereka penganten baru, mungkin baru 2 bulan yang lalu mereka menikah, aku ingat kok, kami beramai-ramai datang ke pesta undangan mereka, sepakat masing-masing memasukkan gocengan kedalam amplop putih tertutup, menulis nama sambil berharap makanan yang disajikan cukup enak, sukur-sukur bisa nambah, sehingga ngasih goceng gak rugi !.
Sungguh ini adalah tontonan siaran langsung yang baru aku lihat seumur hidupku, kupandang Bram, sepertinya dia sudah sering melihat ini, mungkin dia sudah punya karcis langganan, jadi kayaknya apal banget dengan situasi, kondisi beserta jam tayangnya.
Lututku bergetar serasa mau copot, pelan kutatap adegan itu tanpa berkedip, rugi rasanya bila aku harus mengedipkan mata dan kehilangan moment2 penting ini. Dedeku yang tadinya adem ayem, kini mulai berontak menyaksikan adegan ini, mulai menegang, mengeras.
Kulihat disana, diatas tempat tidur yang kelihatan baru, walaupun sepertinya telah didaur ulang, Ella sedang berada diatas Tono, seakan sedang memancing pen|s Tono untuk bangun, dan tak absolutist kemudian, Tono, sang suami, berbalik, menindih, menciumi Ella sambil menarik celana dalam hitamnya, memelorotkanya. Kemudian gantian kini Tono yang menciumi tubuh Ella, dari bibir, leher, dada hingga terus kebawah.
Tak absolutist kemudian, sepertinya Tono mengambil ancang-ancang untuk memasukkan Penisnya ke Rongga vag|na Ella, pelan namun pasti mengarah, seakan akan pemain bola yang sedang berancang-ancang mengambil tendangan penalti. Siap … yak… tembak….bles….goal….
Kulihat sangat asyik sekali Tono, menaik turunkan pantatnya, agar penisnya menggesek keluar masuk vag|na ella, serius merasakan kenikmatan ini, tanpa menyadari bahwa ada 2 pasang mata mengintipnya. Duh kakiku serasa pegal, hanya dengan sendal jepit, bertumpu pada dinding bata merah yang tidak diplester menyangga berat badanku, membuatku terpeleset, menimbulkan bunyi!
Cerita Sex Nakal Ku Kentot Memek Pacar Temanku – Aku agak terperanjat, ketika kulihat Tono menghentikan goyangannya, rasa khawatir jika aktivitas kami diketahuinya, takut bila kami ketahuan sedang mengintipnya, bisa-bisa kami diuber-uber dengan golok melayang. Namun ternyata kekhawatiran kami tidak terbukti, sepertinya mereka tidak sadar dengan suara yang kami keluarkan, kulihat beliau menyuruh Ella membalikkan tubuhnya, menungging. Dan tak absolutist kemudian tono memasukkan penisnya dari belakang pantat Ella yang bahenol itu.
Entah berapa absolutist kami menyaksikan ini, menit demi menit telah berlalu ketika kulihat Tono, mulai mengerang, memuncratkan cairan kental dari penisnya kedalam rongga vag|na Ella. Sementara kulihat Ella menjerit tertahan, menggigit bibir bawahnya, berusaha tak mengeluarkan jeritan kencang, menengadahkan kepala, mencapai titik kepuasan yang bersamaan dengan sang suami.
Terasa pegal kakiku menahan beban tubuhku, aku meloncat turun, bersaman dengan bram yang juga meloncat, melangkahkan kaki dengan berjinjit berusaha untuk tak bersuara. “Gile Lu Im, tau aje, sering loe ye ?” kataku kepadanya setelah kurasan kami sudah agak jauh dari tempat itu. “Hehehe… gue… “ katanya membanggakan diri, sambil menepuk dadanya, “Sialan lu ah, bikin gue ngaceng aja” kataku kepadanya seks
Ia tersenyum kepadaku, kemudian merangkul pundakku sambil mengajakku terus melangkah mengikutinya, “Pen, loe mau ngilangin ngacenglu kagak ?” katanya kepadaku, aku melihat kearahnya, memandang mukanya, memastikan keseriusannya, “Anjrit, loe mo ngajakin gw coli bareng ?, najis dah, ntar loe nyuruh gw nyepong elo lagi, gantian “ kataku sambil meludah, cuih. Ngebayanginnya aja gw udah mual.
“Jah, loe kira gue gila apa ?, Tenang, loe ikutin gw aja, tau beres,,,,” katanya seraya menarik tanganku, menuju belokan assemblage di depan. Aku mengikuti arah yang ditunjuknya, sepi sekali malam ini, hujan tadi abscessed yang mengguyur serasa membuat orang malas untuk keluar. Kami terus berjalan kedepan, ke arah rumah petakan kecil-kecil, rumah kontrakan milik **** Sanip.
Rumah kontrakan itu berjejer, mungkin ada sepuluh rumah, kecil-kecil, memanjang, masing-masing rumah hanya terdapat satu ruang tamu, satu kamar tidur, dan dapur kecil, 5 rumah dikiri dan 5 rumah dikanan menghadap berlawanan arah, ditengahnya terdapat kamar mandi berjejer, dengan sumur, jadi bila kami berjalan digang itu, itu merupakan bagian belakang dari sepuluh rumah tersebut.
Bang Somad merupakan salah satu penghuni rumah ini, Bram menuju salah satu rumah tersebut, kurasa itu adalah rumah dari blast Somad. Heran aku, bukankah pintu rumah blast somad dipegangnya, berarti Mpok yoyoh berada diluar, kenapa harus lewat jalan belakang?
Aku mengikutinya menunggu apa yang akan dilakukannya.
Dalam kegelapan kuikuti bram menghampiri sebuah pintu, pintu kusam, tanpa cat, dengan kayu yang rapuh, mengetuknya perlahan, seakan memberi kode bagi penghuni didalamnya. Tak absolutist kemudian tampak seseorang membuka pintu tersebut, seorang wanita.
Cerita Sex Nakal Ku Kentot Memek Pacar Temanku – Aku mengenalnya, namanya Lina, usianya diatas kami sekitar 5 tahunan mungkin, seorang janda, hidup sendirian, kerja disebuah tempat billyard, sebagai waitress. Wajahnya sebetulnya manis, dengan kulit kecoklat-coklatan, gak beninglah. Keluar memakai celana jeans dan hanya dengan mengenakan BH saja, cuek.
“Eh, Im… Ade ape ?” katanya melihat Bram nampak berdiri didepan pintunya. Kemudian wajahnya memandang mukaku bergantian dengan wajah keheranan berusaha tersenyum. “Udah Pulang Pok Lina ?, ini nyariin Pok Yoyoh, disuruh blast Somad nganterin Konci, Mpok Yoyoh ada disini kagak ?” katanya sambil memperlihatkan kunci pintu yang ditangannya.
“Oooh kirain apaan, tuh ada didalem, nungguin blast Somad kelamaan kali jadi numpang nunggu disini” katanya, “masuk gih” sahutnya lanjut sambil membuka pintu lebar-lebar. “Tumben loe Pen, ngikut-ngikut kemari, abis pada ngapain loe ? “ tambahnya lagi, memandang wajahku seakan meminta jawabanku. “Ini pok, tadi lagi maen ditempat kong Sule, diajak kemari ma si Iim, suruh nemenin” kataku sambil berusaha tersenyum.
Aku mengikuti Bram, masuk kedalam, tuh anak kayaknya udah biasa banget maen selonong-selonong aja dirumah orang, udah kaya rumah sendiri. Melewati dapur, diruang tengah kulihat Mpok Yoyoh sedang duduk disisi tempat tidur, dengan baju hitam, mungkin baju dalemannya, bercelana jeans, duduk seakan baru bangkit dari tiduran, menyambut kedatangan kami.
Kulihat Bram tanpa sungkan, duduk disisinya, tersenyum, sambil mengatakan bahwa ia disuruh blast somad mengantarkan kunci pintu rumahnya, dan kemudian menyerahkan kunci yang ditangannya. Aku berdiri didepan mereka menatapnya, berganti-ganti, heran, tuh orang akrab banget berdua, layaknya saudara, kakak beradik.
“Pen duduk Pen, pada mo ngopi kagak ?” tiba-tiba berkata Mpok Lina pada kami, aku memalingkan wajah hendak menjawabnya, namun tiba-tiba Bram menyahutunya “Boleh dah mpok, tapi jangan manis-manis “ katanya sambil nyengir, “Gue kagak nawarin elu, bosen, gw cuman nawarin si Pendi nih, loe mah kagak ditawarin juga biasanya bikin sendiri “ Mpok Lina melengos sambil memonyongkan mulutnya. Bram tertawa ngakak sambil berkata, “duilah mpok, jangan pake monyong gitu knapa ? ntar cakepnya ilang” katanya lagi.
“Auk ah, sok ngerayu lagi loe, sono kalo mo kopi, bikin sendiri, sekalian noh buat si pendi bikinin”, katanya lagi sambil menunjuk ke arah dapur. “Gw mo ganti baju ah, gerah” katanya, seakan ingin memberitahukan kepada kami apa yang akan dilakukannya. Kemudian ia mengambil baju didalam lemari pakaian disitu, membawanya keruang depan, ruang sebelah yang hanya dibatasi sekat dinding, mungkin disana adalah tempat yang tidak ada orang, dimana kami semua berkumpul disini.
“Ya udah, sini aja gw yang bikin kopi” tiba-tiba berkata mpok Yoyoh, bangkit berdiri melangkah menuju dapur, meninggalkan kami berdua. Aku memandang Bram, seolah menanyakan kepadanya, ngapain lama-lama disini ? pake minta dibikinin kopi segala ?. Namun Bram menyuruhku untuk diam, menaruh telunjuknya dibibirnya. Kemudian ia bangkit dari duduknya, menuju ruang sebelah depan dimana mpok Lina ganti baju.
Cerita Sex Nakal Ku Kentot Memek Pacar Temanku – Seperti orang yang mengendap-ngendap, kuperhatikan bram melangkah, terheran aku, dengan apa yang akan dilakukannya. Ia membuka tirai pembatas antar ruang tidur dan ruang depan rumah ini, tirai yang dimaksudkan oleh yang empunya rumah untuk membatasi pandangan dari luar agar tak dapat langsung melihat kedalam. Aku melongok, mengintip dari pinggir tirai, untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh Bram.
Kulihat disana, tampak Mpok Lina sedang menurunkan celana jeansnya, BH hitam tadi yang dikenakannya telah dibuka, badannya yang agak gendut, montok, dengan payudara yang cukup besar, menggemaskan, dengan putting hitam, kini tampak jelas kulihat, bikin mataku melotot, menyaksikannya. seks
“Ngapain luh ? gw lagi ganti baju nih, jangan kemari-mari” kata mpok Lina begitu melihat Bram melangkah menuju ke arahnya, namun sepertinya tidak ada aught keberatan dari suaranya, ia hanya menutupi kedua payudaranya dengan kedua belah tangannya. Namun bram sepertinya pantang mundur, ia melangkah terus mendekati mpok Lina.
Kemudian tiba-tiba ia merangkul mpok Lina, sambil cengengesan, menyeringai, “Mpok, montok amat sih, jadi gemes nih, pegang bell dikit, cobain” katanya sambil tangannya berusaha memegang payudara yang besar dan montok itu, mpok Lina ngeles sambil memundurkan langkah, seraya berkata, “Enak aje lu, maen coba-coba aje, lu kira ini makanan”, dan berusaha menutupi tubuhnya dengan baju yang akan dikenakannya, kemudian berbalik membelakangi tubuh Bram,