Yaudah sekarang kamu coba cium Mba”, ucapnya.
Tanpa buang waktu aku pun mulai memeluknya dan menciumnya. Pada awalnya Mba Vira tidak begitu bergairah, namun setelah lidahku berusaha masuk kedalam mulutnya dia pun membalas dengan sangat agresif dan liarnya,
“Ciuman kamu lumayan juga yah Yu”, ucapnya menghentikan ciuman sejenak dan aku tersenyum berpura-pura malu.
“Sekarang kamu coba buat aku terangsang sebisa kamu Yu, tapi sampai leher aja yah, jangan lebih”, ucapnya.
Mendengar ucapannya itu aku pun senang sekali, rasanya seperti mendapat emas 2kg, hahha. Kemudian aku pun memulai ciumanku dari telinganya, liadhku yang liar, kini mulai menggerayangi dan menciumi bagian belakang telinga Mba Vira,
“Ouhhhh… Sssttt… Aghhhh…”, desah Mba Vira ketika ciumanku mulai berpindah ke lehernya.
Saat itu aku menjilat dan mencium leher putihnya yang harum itu,
“Oughhhh… enak Yu, Sssttt… Aghhhh… Ehhmmm… terus Yu… Ughhhh… jangan di cupang ya Yu… Sssshhh…”, ucapnya berbisik.
Aku pun menuruti perkataan Mba Vira, aku tahu kalau sampai aku meninggalkan bekas cupangan dilehernya, bisa-bisa Mba Vira ketahuan suaminya. Kemudian aku pun mencoba bergerilia dengan memasukkan tanganku kedalam bajunya saat kedua tangannya terangkat memeluk leherku. Nmapaknya Mba Vira sudah terlambat untuk menolak perlakuanku itu. Karena saat itu kedua tanganku sudah masuk kedalam baju dan meremas-remas buah dadanya dari luar BH.
Yang bisa dia lakukan hanyalah mengerang dan mendesah karena kuserang leher dan kedua buah dadanya secara bersamaan,
“Oughhh… Wahyu kamu nakal ya… Sssttt… Aghhhh…”, ucapnya tanpa penolakan karena nampaknya dia sudah terangsang berat.
Tanpa menjawab aku pun segera mengangkat bajunya sampai sebatas leher saja, setelah terangkat kini nampaklah dua gunung kembar yang masih terbungkus BH. Sungguh beruntungnya aku, karena kancing BH nya ada di depan. Sekilas kulihat ukurannya 34B, Beuhh… mantap kawan. Dengam cekatan kemudian aku pun membuka kancing BH nya, kini nampaklah buah dada yang montok dan putih itu. Tanpa buang waktu, akupun kemudian mengkulum puting susu kanannya dan yang kiri aku plintir-plintir. sex
“Sssshhh… Aaaahhhh… Ehhmmmm… Yu… kamu apakan putingku… Aoghhhh…”, desahnya sambil bersandar di pintu toilet itu.
“Ssshhh… Geli Yu… Aghhhhh… Yu cukup Yu… Oughhhh… enak sekali Yu… Aghhh…”, racaunya makin keras.
Saat itu karena aku takut ada yang mendengar skandal kami, saat itu juga aku pun mencium bibir Mba Vira sembari tangan kananku meremas buah dada kanannya dan tangan kiriku mengelus kewanitaannya yang ternyata sudah becek. Saat itu kedua tangan Mba Vira tidak berdaya karena terjepit punggungnya sendiri, sedang tubuh Mba Vira tidak bisa bergerak karena tertindih tubuhku dan terhimpit pintu Toilet.
Tapi tubuhnya semakin menggelinjang kuperlakukan seperti itu. Tidak lama kemudian kemaluan Mba Vira makin lembab, disini aku lagi-lagi memasang perangkap, sejenak kuhentikan cumbuanku hingga Mba Vira merasa canggung.
“Lho kok berhenti Yu ? ayo terusin dong, mbah udah enak nih, nanggung banget nih rasanya, buat aku orgaseme dong !”, ucapnya.
“Iya Mba, tapi sekrang aku masukin ya kontol aku, soalnya dari tadi udah tegang banget nih Mba”, rayuku.
“Jangan Yu, ingat Yu aku udah bersuami…”, ucapnya sedikit menolak.
“Yaelah Mba cuma digesek-gesekin aja kok Mba, aku janji nggak bakal aku masukin ke Memek Mba, akukan juga ingin keluar Mba, Boleh ya Mba Please… !”, rengekku sambil mulai kembali membelai-belai buah dadanya dan tanganku satunya mengelus-elus Torpedoku yang sedari tadi menganguk-angguk karena sudah tegang.
Mendapat serangan psikologis seperti itu terus-menerus akhirnya Mba Vira pun luluh.
“Okey, tapi janji yah cuma digesek-gesek aja, nggak lebih…”, pintanya sambil kududukkan dia kekloset.
“Iya Mba aku janji, makasih ya Mba Vira sayang”, ucapku dan kukecup singkat bibirnya sambil ku posisikan tubuhku sedemikian rupa hingga penisku terhimpit diantara pangkal pahanya persis di mulut kewanitaannya.
Kini posisi kami duduk berhadapan dan aku terlihat seperti memangku Mba Vira dan kakinya memeluk pinggangku sedang tubuh kami seperti berpelukan. Kemudian aku pun mulai menggoyang pantatku sehingga kemaluan kami bergesekan. Hal ini membuat kami sama-sama merasakan nikmat. Tak lupa kami tetap berciuman dan saling meraba. Saat kembali kuserbu lehernya, mba Vira mulai mendesah dan merancau lagi.
Desahannya makin sering, saat kumulai menggesek dengan cepat. Hal ini membuatku semakin terangsang, rasanya aku ingin sekali segera memasukkan penisku kedalam hangatnya liang senggama milik Mba Vira. Saat asyik saling menggesek hingga kurasakan cairan kewanitaannya makin membanjiri penisku, tanpa Mba Vira sadari kumasukkan penisku secara mendadak dan cepat hingga mentok. Cerita Seks
‘Oughhh…”, desahku.
Meski sudah pernah melahirkan tapi kewanitaannya masih ketat menjepit penisku. Kelihatannya leher rahimnya dangkal, buktinya pangkal penisku masih diluar sekitar 2cm saat kurasakan ujung penisku membentur bagian terdalam kewanitaannya.
“Sssshhh… Aghhhh… kok dimasukin Yu ? buruan cabut Yu ! ingat Yu aku sudah bersuami”, ucapnya.
Saat itu aku tidak menghiraukannya, bahkan aku melanjutkan dengan terus menggoyang pantatku sehingga penisku mulai bergerak menikmati jepitan kuat, hangat dan lembab kewanitaannya sambil menciumnya agar tidak bisa berteriak. Posisiku yang sedikit menindih Mba Vira, hal itu membuatnya tidak bisa berdaya dan hanya bisa pasrah.
Pada awalnya Mba Vira terus meronta, tapi karena kondisinya yang mendekati orgasme saat kumasukkan penisku membuat Mba Vira akhirnya menyerah dan malah menikmati goyanganku. Aku goyangkan pantatku dengan semangat dengan beberapa variasi goyangan. Kadang maju mundur, kadang kiri kanan, kadang memutar. Hal ini membuatnya semakin melayang.
“Oughhh… Yu… kamu apakan Memekku, enak sekali Yu… Aghhh… Sssshh… Yu, aku udah nggak tahan Yu, aku mau keluar Yu…”, ucapnya.
“Keluarin saja Mba Vira sayang… Oughhh… kewanitaan Mba enak sekali…. Sssttt… Aghhh…”, pujiku sambil mempercepat goyanganku.
“Yu… aku keluar, Aghhhhhhhhhhh…”, desahnya menikmati orgasme panjang yang dirasakan.
“Syuuuurrr…….”, terasa penisku merasakan siraman lendir kawinnya.
“Yu, nikmat sekali bercinta denganmu, makasih ya sayang, baru kali ini merasakan orgasme yang luar biasa, terus terang saja suamiku hanya peduli dengan dirinya sendiri. Oh iya kamu belum keluar ya ?”, ucapnya sambil kembali menciumku.
“Sebentar lagi Mba… masih bolehkan aku menggenjot memek Mba ?”, tanyaku.
“Boleh dong sayang, kamu kan sudah membuatku melayang, sekarang giliran kamu menikmati tubuhku semaumu, tapi aku yang diatas ya Yu”, ucapnya sembari berganti posisi.
Kini posisi sex kami WOT (Women On Top), kini Mba Vira duduk dipangkuanku dan posisinya berhadapan denganku.
“Sekarang biar Mba yang puasin kamu sayang, Wahyu haus nggak ? mau minum Asi ?”, tanyanya sambil menyodorkan buah dadanya untuk kukenyot lagi sembari mulai menggoyang pantatnya maju mundur.
Ternyata Mba Vira membalas perlakuanku kepadanya yaitu dengan kadang merubah arah goyangan pantatnya. Aku hanya menikmati itu semua sambil menjilati dan kukenyot buah dadanya serta mendesah sesekali di telinganya. Hal ini membuat Mba Vira makin bersemangat dan kembali terangsang.
“Oughhh… Yu, kontolmu enak sekali… Ssssttt… Aghhhh…”, racaunya.
“Memek Mba juga enak… Ssshhh… Aghhh… bentar lagi aku mau keluar Mba… Aghhhhh…”, ucapku yang disambut dengan menggilanya goyangan Mba Vira.
Tidak lama kemudian aku pun hampir mencapai klimaksku, dan saat itu Mba Vira juga merasakan hal yang sama. Nampaknya Mba Vira akan mendapatkan orgasme keduanya, karena saat itu kewanitaannya makin menjepit penisku dan desahannya makin sering saja, dan,
“Yu… aku ingin keluar lagi, Oughhhh…”, ucapnya.
Baru saja Mba Vira berkata seperti itu, tiba-tiba kurasakan kejantananku berdenyut-denyut seperti akan ada yang keluar dari dalam kejantananku.
“Mba aku keluar Mba…, Crotttttt… Crotttttt… Crotttttt… Aghhhhh”, desahku mengiringi muncratnya spermaku kedalam liang senggamanya.
Merasakan semburan lahar panasku, tidak lama kemudian Mba Vira pun juga orgasme.
“Aku juga keluar sayang, Aghhhhhhhhh….”, desah Mba Vira.
Setelah kami mendapatkan klimaks kami, kini kami pun segera kembali berciuman dengan rakus sambil menikmati orgasme-orgasme terakhir sambil berpelukan. Selama beberapa saat kami terus berciuman hingga akhirnya melepaskan pagutan mesra kami. Mba Vira berbisik,
“Terima kasih ya Wahyu sayang, kamu sudah memberikku nikmatnya sex yang belum pernah kudapatkan dengan suamiku”, ucapnya.
“Iya Mba, aku juga terima kasih karena Mba sudah memberikan dan mengajarkan sex kepadaku, Oh iya Mba tadikan aku keluarin didalem, nanti kalau Mba hamil gimana ?”, tanyaku ragu.
“Udah kamu tenag aja Yu, aku lagi nggak subur kok, lagian kalau aku hamil kamu nggak perlu khawatir, kan aku sudah bersuami hehe…”, ucapnya dengan santai.
Aku lega rasanya mendengar hal itu hingga akupun tersenyum dan membalas dengan meremas gemas buah dadanya sejenak. Kemudian saat itu kami cepat-cepat merapikan pakaian dan keluar dari kamar mandi secara bergantian agar tidak ada yang curiga. Setelah itu kami pun duduk kembali di kursi masing-masing. Saat itu suami dan anaknya masih tertidur pulas padahal saat itu kulihat sudah memasuki kota Yogyakarta. Cerita Sex
Sebelum kami berpisah, Mba memberikan nomer handphone nya kepadaku dan berkata,
“Kapan-kapan kita ulang lagi ya Yu sayang”, ucapnya sembari mengedipkan mata.
Saat itu aku hanya mengganguk dan tersenyum. Setelah kereta berhenti kami pun berpisah di stasiun kota Yogyakarta. Sungguh benar-benar beruntung sekali aku saat itu, sungguh sensasi yang luar biasa karena aku bisa bersetubuh dengan ibu muda secantik dan seliar itu di kereta api.